BERSATU MELAWAN KECULASAN

GORONTALO, OPINI341 Dilihat

Oleh : Nurhadi Taha (Direktur Taha Institute)

Di Pemilu 2019 saya memberi beberapa catatan dan analogi tentang figur dan sosok Caleg yang hadir pada keharibaan kita dengan sebuah Judul  2019 Good people,  Good Man. Tampak Analogi ini menjadi pembeda, memberi magnet  dan seleksi alam pada setiap calon kontestan yang ada itu terlihat dikala mereka terpilih dan dilantik sebagai anggota legislatif terpilih . ” Good Man” manusia baik tentu konsistensinya terukur pada personal kepribadian setiap manusia dalam mengapai sesuatu entah itu dari gaya,  tampilannya dan juga ekspetasinya dalam berkuasa di level kepemimpinan eksekutif maupun pada level legislatif.

Orang-orang baik itu akan terlihat tidak sekedar karena momentum tradisi tahunan, Pemilu dan Pemilukada  tetapi itu lahir dari karena kebiasaan, gagasan, serta detak nadinya sebagai tokoh yang tulus untuk berbuat memajukan Gorontalo .

Tentu Kita harus punya varian ukuran, baik soal capaian Gorontalo dimasa lalu dan saat ini , di  Era  saat ini kita miskin terbawah ke 4 di Indonesia. Padahal  Gorontalo di era Fadel dan Gusnar, sudah swasembada Pangan, Gorontalo dikenal dengan Provinsi Agropolitan karena ekspor jagung yang mendunia. Saat ini  kita diperkenalkan dengan “GORR ”  yang itu semuanya Mega Proyek yang berbandrol Miliaraan. Pertanyaannya, Agropolitan untuk siapa dan GORR untuk siapa ?

Miskin pada urutan ke 4  saat ini menurut data BPS adalah gambaran Gorontalo kekinian seolah  manajemen aparatur minim dan tata kelola sumber daya tak memadai, padahal pada posisi Gorontalo di era Fadel dan Gusnar telah banyak memberikan kepercayaan pada Gorontalo dan brand image soal kegorontaloan mendunia, bahkan dimana-mana Gorontalo jadi Provinsi yang diperbincangkan soal prestasinya dan konsepnya dalam membangun dan memajukan bahkan menjadi contoh bagi daerah lainnya di Indonesia. 

 Disisi lainnya ada beberapa tokoh Gorontalo yang niat tulus membangun mereka di bunuh, bahkan di kerjain secara habis-habisan, bahkan serangan itupun bertubi-tubi secara  membabi buta, tetapi begitulah keluhuran budi dari tokoh yang niatnya tulus menbangun mereka tetap selalu ingat dan ingin memajukan Gorontalo seperti Rachmad Gobel yang pada Pileg di fitnah sani sini, begitupun Fadel Muhammad mantan Gubernur Gorontalo diserang dengan berbagai issu kedaerahan pada kegorontaloan begitu kental dan terbukti dalam memajukan Gorontalo. 

Tak heran bila kedua tokoh ini mereka diberkahi oleh leluhur Gorontalo, mereka dipercaya menjadi pimpinan di DPR RI, Rachmat Gobel sebagai Wakil Ketua dan begitupun Fadel Muhammad dipercaya sebagai Wakil Ketua MPR RI.

Saya bangga pada kedua Tokoh ini dan sayapun mengapresiasi langkah langkah mereka dalam mempertemukan Tokoh-Tokoh Gorontalo. Dalam beberapa presepsi saya temu Tokoh Gorontalo tersebut mencerminkan bahwa RG dan FM tahu bahwa titik krusial itu ada di kabupaten/kota. Mereka yang punya program. Namun sayang kepemimpinan lokal yang tidak mampu mendrive ini.

Kepala-kepala daerah juga tahu, mana karakter elit politik yang bisa dipercaya, mana yang hanya mau kepentingan sesaat dan kepentingan dinasti. Sehingga mereka lebih memilih bekerja sama dengan RG yang punya niat baik bagi Gorontalo.

RG adalah sosok yang sudah selesai dengan ekonomi. Dia kaya, ada harta 3 triliun. Tak perlu harus berebutan dan memanipulasi publik untuk proyek jalan dan jembatan. Apalagi bangun pom bensin. Sekian dan terima kasih.

Apa Reaksi Anda?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Komentar