Laporan : Tim Kabar Publik (JMSI), Editor : Mahmud Marhaba
JAKARTA [KP] – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Disaster Research & Response Centre (DRRC) Universitas Indonesia (UI), Pemerintah Provinsi NTT, TP-PKK NTT, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI), Perhimpunan Ahli Kesehatan Kerja Indonesia (PAKKI) dan KOMAP mengadakan WEBINAR yang dilakukan pada Jumat (28/08/2020) secara daring.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena), Menteri Dalam Negeri diwakilkan Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Aparatur dan Pelayanan Publik, Dr. Yusharto Huntoyungo, M,Pd., Kepala BNPB/Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Letjen TNI Doni Mardono yang diwakilkan Berton Panjaitan, Kepala Pusdiklat PNPB.
Kegiatan ini dibuka oleh Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia, Saleh Husin, SE, M.Si dengan moderator dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D; Sekretaris Universitas Indonesia dan Ketua Umum AIPTKMI.
Adapun nara sumber Webinar diantaranya Drs. Josef Nae Soi, M.M, Wakil Gubernur Provinsi NTT, Julie Sutrisno Laiskodat, Ketua TP-PKK Provinsi NTT, Prof. Ir. Frederik L. Benu, M.Si., Ph.D, Rektor Universitas Nusa Cendana, Prof. Dra. Fatma Lestari, M.Si., Ph.D, Ketua DRRC UI dan Dosen FKM UI, Prof. Dr. dr. Rachmadi Purwana, S.K.M, Penulis dan Dosen SIL, Dr. Rachma Fitriati, M.Si., M.Si (Han), Perwakilan Penulis Buku dan Dosen FIA UI, Dr. Ede Surya Darmawan, S.K.M., M.DM; Ketua Umum IAKMI dan Dosen FKM UI dan Dr. Robiana Modjo, S.K.M., M.Kes; Ketua Umum PAKKI dan Dosen FKM UI.
Sementara itu, hadir pula penanggap yang terdiri dari Ketua DPRD NTT, Emilia Julia Nomleni, Dr. dr. Hyronimus A. Fernandez, M.Kes, Tokoh Kesehatan Masyarakat dan Ketua IAKMI NTT, Ferdinandus “Nando” Watu, Kepala Desa Detusoko Barat Penggerak Masyarakat, Wilhelmintje Libby Sinlaeloe, Pendiri Rumah Perempuan, Mira Natalia Pellu, Tokoh Muda Perempuan Penggerak Kalangan Milenial, Pendeta Ina mewakili Pdt. Dr. Mery Kolimon, M.Th, Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Timor, Mgr. Petrus Turang, Uskup Agung Kupang dan Haji Abdul Kadir Makarim, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Webinar ini dimulai dari pernyataan dari Melki Laka Lena, bahwa pekerjaan pengendalian wabah COVID-19 ini merupakan gotong royong kemanusiaan dan diperlihatkan melalui strategi pentahelix dalam rangka menangani COVID-19, yaitu bagaimana metode ini membantu pengendalian penularan Virus Covid-19 , mengidentifikasi, mengisolasi, mendiagnosis sampai dengan mengobati, melindungi kelompok rentan serta melindungi wilayah yang padat penduduk, mobilitas tinggi, dan buruknya kualitas udara juga mengenali resiko pendatang desa yang mana melibatkan Pemerintahan Desa khususnya Pemerintahan daerah NTT untuk berpartisipasi aktif.
Mengatasi masalah atau pengembangan program dengan melibatkan pihak dari berbagai sektor (lintas sektor) yang berfokus pada kerjasama multi pihak (KMP). KMP memberi ruang kepada berbagai pihak, atau saat ini lebih banyak disebut dengan istilah Model Penta-Helix, yaitu merangkul Pemerintah, Akademisi, Swasta dan Filantropi, Kelompok Masyarakat, dan Media di dalamnya sebagai satu kesatuan. Dalam hal ini, penanganannya harus secara cepat dan komperehensif pemerintah memprioritaskan kepada 3 (tiga) pilar, yaitu Indonesia Sehat, Indonesia Bekerja, dan Indonesia Tumbuh, dengan melibatkan peran dari multisector.
Menteri Dalam Negeri melalui Yusharto Huntoyungo Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Aparatur dan Pelayanan Publik memperkuat pendekatan pembangunan Kepemimpinan PENTAHELIX ini dengan mengedepankan pada elaborasi dari pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, dan media dinilai memberi percepatan terhadap proses perubahan untuk sebuah kemajuan melalui transformasi dan inovasi terutama dalam penangan COVID-19 yang saat ini melanda seluruh Negara-Negara di Dunia, tidak terkecuali Indonesia.
Huntoyungo mengingatkan, momentum ini memberikan peluang kita bersama untuk dapat menjawabnya dengan inovasi dan karya- karya nyata yang konkret sehingga dapat meningkatkan daya saing dalam negeri maupun luar negeri.
Dirinya pun mengutip pernyataan Presiden Jokowi, “saat ini tak ada pemerintahan yang benar-benar siap menangani Pandemi COVID-19, termasuk Indonesia. COVID-19 justru menjadi momentum reformasi dan inovasi.”
Fatma Lestari menyampaikan bahwa NTT merupakan salah satu model provinsi yang mampu menekan penyebaran COVID-19 dengan kombinasi antara ketegasan pimpinan, kolaborasi pentahelix serta gotong royong masyarakat yang baik. Buku Pengalaman Indonesia Menangani COVID-19 menyajikan pelbagai model-model penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia yang dapat menjadi inspirasi bagi wilayah-wilayah yang masih berjuang.
Sementara itu, Rachmadhi penulis Buku Pengalaman Indonesia Menangani COVID-19 seri NTT menyampaikan kearifan lokal dari NTT merupakan salah satu kekuatan dalam menekan penyebaran COVID-19 melalui kolaborasi yang baik antara pimpinan daerah diikuti kerjasama dan gotong royong masyarakat NTT.
Dalam kaitannya dengan Penanganan COVID-19 di Propinsi NTT, Wakil Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur, Josef Nae Soi menjelaskan sejumlah strategi Penanganan COVID-19 di antaranya: (1) Koordinasi bersama Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi NTT, (2) Menyiapkan Ketersediaan Rumah Sakit Rujukan Penyakit Infeksi Emergin (PIE), Second Line dan Penyangga COVID-19 Provinsi NTT, (3) Menyiapkan ketersediaan laboratorium pemeriksaan COVID-19 di Provinsi NTT, (4) Menerima dan mendistribusikan logistik COVID-19 ke Kab/Kota se-Provinsi NTT, (5) Menyiapkan tenaga kesehatan penanganan COVID-19 (melatih/on the job training, menambah dan menempatkan sesuai kebutuhan); (6) Perketat Pintu Keluar Masuk se-Provinsi NTT (transportasi udara, darat & laut); (7) Melakukan analisis surveilans epidemiologi, contact tracking dan penjaringan kasus; dan (8) Melakukan berbagai tindakan pencegahan (penyebaran informasi, menyemprotan disenfektan, patroli penerapan protokol kesehatan, dsb).
Selain itu, Josef Nae Soi menjelaskan pendekatan kearifan lokal dengan menggalakkan konsumsi daun kelor, yang telah dibuktikan dalam berbagai kajian mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, yang sangat bermanfaat pada masa pandemi virus corona. Tanaman ini mudah tumbuh dan banyak dijumpai disetiap perumahan warga di Provinsi NTT. Dengan kondisi perekonomian ditengah pandemi saat ini tanaman kelor menjadi salah satu solusi dalam pemenuhan asupan gizi masyarakat NTT melawan virus corona.
Kampanye mengenai protokol kesehatan Covid-19 ini juga melibatkan peran Ibu dan organisasi Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
“Ingat pesan Ibu, Pakai Maskermu, Lindungi Kamu dan Aku.” ungkap Berton Panjaitan, Kepala Pusdiklat PNPB.
Sejalan dengan dengan Gerakan pakai masker, Rachma Fitriati, Dosen FIA UI dan Staf Ahli Ditjen Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri dalam webinar ini menyampaikan bahwa Ketua Umum Tim Penggerak PKK (TP PKK) Ibu Tri Tito Karnavian telah meluncurkan Gerakan Bersama Memakai Masker (GEBRAK MASKER) dengan memberdayakan Tim Penggerak PKK Pusat untuk secara massif menggerakkan TP PKK Provinsi, Kabupaten/Kota bahkan sampai PKK Desa/ Kelurahan. Gerakan ini bertujuan untuk memutus mata rantai penularan virus COVID-19 dengan mensosialisasi protokol kesehatan sesuai standar, cuci tangan pakai sabun, pembatasan fisik (physical distancing), dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh adat, posyandu, kader kesehatan dan tenaga kesehatan masyarakat sampai pada tingkat desa.
Di Propinsi NTT sendiri, TP- PKK Provinsi NTT bergerak cepat untuk melakukan Program GEBRAK MASKER di 22 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan membagikan 50 ribu lembar masker, dan juga sekaligus memakaikan masker yang menyasar kaum yang paling rentan tertular, yakni para Lansia dan anak-anak.
Ketua Penggerak TP-PKK NTT, Julie Sutrisno Laiskodat menjelaskan, GEBRAK MASKER menjadi program prioritas TP-PKK NTT saat ini.
“Kami menyadari bahwa masker menjadi salah satu pertahanan penting dalam pencegahan dan sekaligus membangun budaya membiasakan menggunakan masker setiap saat, baik untuk mencegah masuknya virus kedalam tubuh dengan membagikan 10 ribu masker.” kata Ketua TPP-PKK Julie Laiskodat, sambil menambahkan jika TP-PKK NTT menyebarkan brosur Sosialisasi Protokol Kesehatan.
Apa yang harus dilakukan supaya tidak kena Corona? Brosur Sosialisasi melawan penyebaran COVID-19 sebanyak 50 ribu lembar yang dibuat dengan Bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat dan disebar di 22 Kabupaten/Kota di NTT, tambah Julie.
Untuk meringankan beban ekonomi rumah tangga pada situasi ekonomi yang tidak menentu ini, maka kami TP-PKK Provinisi NTT setiap bulan membeli tenun hasil karya mama-mama yang ada di desa di 22 Kabupaten/Kota untuk dipasarkan di Butik Dekranasda Provinsi NTT.
“Yang paling dibutuhkan saat ini adalah kekuatan pentahelix atau kolaborasi bersama dan sinergi untuk menghadapi ancaman COVID-19. Kami Tim Pengerak PKK memiliki kader pengerak hingga ke desa-desa, oleh karena itu mari kita bergerak bersama, bahu membahu untuk peduli terhadap sesama agar kita mampu memenangkan pertarungan melawan COVID-19 di Indonesia khususnya di NTT yang kita cintai.” ungkap Julie Laiskodat.
Dalam konteks inovasi penanganan COVID-19, seluruh stakeholders baik pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, dan media didorong untuk mampu berinovasi dengan memanfaatkan potensi yang ada. Dalam rangka pemulihan ekonomi nasional maka sangat penting menciptakan inovasi terutama di bidang kesehatan dan ekonomi.
Kementerian Dalam Negeri menerbitkan Buku Saku Desa Tangguh Bencana Lawan COVID-19 yang merupakan kerjasama dari Direktorat Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri RI dengan Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, dan Kantor Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Universitas Indonesia.
Buku hasil karya bersama 4 Akademisi Universitas Indonesia ini, Rachma Fitriati, Robiana Modjo, Adang Bachtiar dan Fatma Lestari ini bertujuan menjadi panduan bagi 74.953 Kepala Desa seluruh Indonesia agar memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dalam menghadapi potensi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan.
Kehadiran buku Buku Saku Desa Tangguh Bencana Lawan COVID-19 ini sangat dirasakan Ferdinandus Watu, Kapala Desa Detusoko Barat. Watu memandang buku ini sangat membantu Kepala Desa dan seluruh pemangku kepentingan desa, mengingat banyaknya keterbatasan di desa diantara: (1) minim informasi /edukasi di desa, (2) minim perlengkapan kesehatan, (3) minim infrastruktur/sarana, (4) ketersediaan pangan berkurang, dan (5) pendapatan masyarakat menurun.
Yang juga menjadi sorotan dari salah satu penulis buku, Dr. Robiana Modjo, S.K.M., M.Kes; Ketua Umum Perhimpunan Ahli Kesehatan Kerja Indonesia (PAKKI) adalah adalah munculnya cluster baru COVID-19, yaitu kantor (termasuk potensi Kantor Desa). Untuk itu, slogan yang harus selalui didengungkan: Cegah Covid-19, Hindari 3K: (Keramaian, Kontak dekat dan Keterbatasan Sirkulasi Udara).
Untuk itu, himbauan Dr. Ede Surya Darmawan, S.K.M., M.DM; Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat agar Satu Desa, Satu Tenaga Kesehatan Masyarakat, juga termasuk pelibatan Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja, untuk mengatasi COVID-19 di tempat kerja.
Akhirnya, Mendagri megingatkan agar seluruh pemangku kepentingan yang saling berbagi peran dalam melaksanakan Kepemimpinan PENTAHELIX terutama dalam (Keramaian, Kontak dekat dan Keterbatasan Sirkulasi Udara) penanganan COVID-19 yakni,
- Pemerintah dan Pemerintah Daerah akan terus mendorong dalam perumusan regulasi, fasilitator dan eksekutor dalam penanganan COVID-19. Termasuk Peran Ketua TPP-PKK
- Akademisi diharapkan berperan dalam menemukan dan memberikan edukasi kepada masyarakat cara-cara bertransformasi dan berinovasi di tengah Pandemi COVID-19.
- Pelaku bisnis diharapkan sebagai pemain utama dalam proses meningkatkan nilai tambah pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan ditengah Pandemi COVID-19.
- Komunitas diharapkan dapat berpartisipasi sesuai dengan minatnya dalam penanganan COVID-19.
- Media diharapkan sebagai alat kontrol dan bersikap objektif melalui tone pemberitaan yang positif terutama di tengah pandemik COVID-19.
Melki Leka Lena megingatkan agar seluruh aktor memahami posisi Indonesia sudah berada di tahapan mana dalam upaya penekanan kurva penyebaran COVID-19 ini.
Untuk itu, diharapkan kata “kerjasama” dapat benar-benar dilakukan (tidak hanya menjadi jargon semata untuk dapat memobilisasi sumber daya), dalam hal ini masyarakat NTT pun harus menjadi subjek dalam upaya penanggulangan COVID-19 sehingga membangun sistem kesehatan desa melalui pelibatan masyarakat menjadi semakin terasa urgensinya di masa pandemi ini.#[KP]
Komentar