Jafar : Unsur Paling Utama Yang Ada di Manusia Itu adalah Pendidikan

Laporan : Yadi / Editor : YR

TERNATE [Kabarpublik.id] – Pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di SMAN 3 Kota Ternate tetap mengacu pada edaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Provinsi Maluku Utara, yaitu harus memenuhi semua protokol kesehatan yang dianjurkan dan diisyaratkan oleh dinas.

Selanjutnya, untuk jumlah siswa yang diberikan kepada sekolah, yaitu 50 – 50 persen, supaya jangn terjadi kerumunan. Ini dikatakan oleh Kepala Sekolah SMAN 3 Kota Ternate, Jafar Suraji Naya, S.Pd.

“Makanya dalam proses pembelajaran itu kami menggunakan shift pagi dan shift siang untuk memenuhi 50 persen tatap muka yang ada, dengan tetap menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak atau 3M,” ucap Jafar saat dikonfirmasi di ruang kerjanya, Kamis (26/8/2021).

Mantan Wakil Kepala Sekolah Kurikulum SMAN 3 ini menyampaikn, menyangkut pelaksanaan proses tatap muka ini, agar anak – anak itu jangan terlalu lama di sekolah, supaya membatasi waktu yang tadinya per satu pelajaran itu 45 menit dikurangi menjadi 20 menit untuk satu jam mata pelajaran, karena guru harus mengajar dua kali.

Ia bilang, jadi guru mengajar pagi itu 20 menit dan siangnya 20 menit untuk di kelas yang sama, dengan siswanya 50 persen yang datang. Maka guru itu mengajar 40 menit per satu mata pelajaran, tanpa ada kata istirahat.

Makanya mereka tetap melaksanakan pembelajaran mulai dari masuk sampai pulang. Lebih lanjut Jafar, begitu keluar, durasi antara pulang dan masuk pihak sekolah memberikan durasi waktunya 50 menit. Kalau yang di dalam itu sudah pulang semua, baru yang shift kedua itu diminta untuk masuk.

“Jadi shift dua itu juga sama mereka masuk sampai pulang tidak ada jam istirahat lagi langsung pulang begitu selesai mata pelajaran. Kemudian untuk dari sisi pembelajarannya tidak bisa 100 persen mengikuti alur normal, namun dikembalikan ke masing – masing guru untuk membuat RPP dan modul supaya disesuaikan dengan kondisi. Itu dalam proses tatap muka terbatas,” ungkapnya.

Sementara itu, untuk jamnya di kurangi per satu kali pertemuan dengan per 50 siswa itu dilanjutkan dengan daring. Maka tugas – tugasnya siswa itu akan di kirim melalui daring, yaitu dengan menggunakan Google kelas room. Setelah pertemuan, nanti guru – guru memberikan tugas-tugas siswa melalui Google kelas room.

Pria kelahiran Ternate 12 Juni 1969 ini pun berharap, kalau boleh pembelajaran tatap muka terbatas ini tidak perlu lagi digunakan,tapi menggunakn tatap muka normal, supaya proses pembelajaran tatap muka ”untuk”pendidikan bisa jalan.

“Kalau pendidikan tidak bisa jalan dengn baik, apa yng kita harapkan masa depan negara dan bangsa ini, karena sumber daya manusia itu unsur yang paling utama adalah pendidikan, walaupun ada kesehatan dan lain – lain,” katanya.

Jafar yang perna mengajar di STIKIP prodi Geografi sekitar 8 tahun itu pun menegaskan, unsur yang paling utama yng ada di manusia itu ialah pendidikan, karena yang kita inginkan itu adalah generasi – generasi yang memiliki pengetahuan, keterampilan, akhlak dan punya norma.

“Kalau kita cuma belajar di daring sebagian, maka perilaku dan sikap siswa itu siapa yang bisa nilai, sementra
yang menjadi kelebihan dan keunggulan guru kan ada di penilaian sikap itu,” ujar Jafar.

“Kalau bicara tentang keterampilan dan pengetahuan kan bisa dapat diluar, bisa dibuka Google saja dapat materi, sudah bisa belajar pengetahuan, begitu pun juga di Youtube kita sudah bisa belajar tentang psikomotorik keterampilannya, tapi kalau afektif atau sikapnya itu kita menilai bagaimana,” tanya Jafar.

Jafar katakan, diisitulah satu kelebihan sebagai seorang guru untuk bisa melaksanakan fungsinya. Kata Jafar, bagaimana fungsi itu bisa dilaksanakan, kalau siswanya saja datang setengah – setengah dengan modelnya seperti ini.

“Kan kita ini tidak mungkn menyampaikn
bahasa yang sama di kelas 50 persen tadi itu akan sama di kelas di setengah yang datang itu. Itu belum tentu. Nah, secara kolektivitas di satu-satu kelas itu di ajarkan satu guru yang sama, tapi informasi yang keluar jadi berbeda. Ini yang menjadi problem,” ujarnya.

Oleh karena itu, ini seharusnya dipikirkan orang-orang yang pengambil kebijakan, kalau bisa paling bagus ”untuk” sekolah dibuka normal saja, tidak lagi dibuka setengah-setengah yang penting adalah tetap menerapkan protokol kesehatan. #[KP]

Apa Reaksi Anda?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Komentar