Laporan : Tim Kabar Publik
Edisi : Mahmud Marhaba
GORONTALO KOTA (KP) – Genangan air di Kota Gorontalo masih menjadi sebuah persoalan yang serius dari pemerintahan yang terdahulu hingga saat ini. Betapa tidak, baru saja hujan turun sehari, beberapa tempat menjadi langganan air yang mengakibatkan terganggunya sistem yang ada.
Persoalan ini ternyata membuat Dinas Pekerjaan Umum Kota Gorontalo angkat bicara. Kadis PU Kota Gorontalo, Muchtar Arsad, ST., M.Si kepada Kabar Publik menjelaskan secara rinci persoalan tersebut. Menurutnya, siapa pun Kadis PU Kota tidak akan mampu meyelesaikan masalah genangan air apalagi banjir.
“Siapapun Kadis PU nya, tidak akan mampu menyesuaikan persoalan ini,” tegasnya kepada wartawan. Ditetapkan Muchtar, Kadis yang ditempatkan di Dinas tersebut memiliki kemampuan akademi dan kemampuan teknis dalam hal banjir. Namun semua tergantung pendanaan untuk meyelesaikan banjir tersebut.
“Dana menjadi persoalan utama. Masalahnya, penanganan banjir tidak lepas dari dana yag besar. Kita harus bicara sistem drainase perkotaan yang didahului pembuatan master plain perkotaan. Kita mau buat seperti sistem drainase dan konstruksinya. Apalagi kecenderungan kota yang berbentuk tempurung, ini membutuhkan perlakukan teknik yang berbeda untuk mendesainnya,” ungkap Muchtar yang bakal menjalani pensiun dalam waktu dekat ini.
Dirinya menegaskan, anggaran rutin yang ada setiap tahun hanya bisa mengurangi terjadinya genangan air. Buktinya, ungkap Muchtar, dengan adanya normalisasi sungai Bolango , dulu hujan sehari saja, sudah terjadi genangan air di depan rumah, namun sekarang sudah tidak ada lagi.
Olehnya, Muchtar menitiberatkan persoalan genangan air ini pada anggaran besar sesuai master plain yang ada, sementara dokumen master plain pun harus dibuat dan butuh waktu yag lama.
Dirinya juga mengatakan, pembuatan saluran saat ini hanya dengan menggunakan pendekatan empiris, artinya dimana ada kondisi genangan air itu yang ditangani, sementara pihak nya harus memikirkan asal genangan air tersebut sembari memberikan contoh daerah kampus UNG yang merupakan daerah tumbango sebagai daerah resapan, namun sekarang kondisinya berubah status lahan nya.
“Jangan heran jika daerah pasar Sentral selaku jadi langganan genangan air yag sumber airnya dari sana. Demikian juga dengan kondisi lahan di Kota Utara yang sudah beralih fungsi meski Perda terkait alih fungsi lahan sawah sudah ada,” tegas Muchtar prihatin.
Pihaknya pun sangat tertantang dengan kondisi itu, dan berbagai dampak muncul yang harus dihadapi, tidak untuk dipertentangkan, namun dijadikan persoalan untuk dicarikan solusi.
“Kuncinya hanya ada di ketersediaan anggaran. Saya sudah mengusulkan hingga ke Kementeri PU dengan mengusulkan anggaran sebesar 3 triliun, menjadikan daerah ini bebas banjir, namun apa semua belum bisa direalisasikan oleh Kementrian PU,” ungkapnya sambil meminta masyarakat untuk memahami kondisi Kota Gorontalo.
Dirinya berjanji, akan berusaha semaksimal mungkin agar masyarkat merasa nyaman dengan menghadirkan pompa pengisap air untuk dialihkan ke tempat lain, sehingga mampu meminimalisir genangan air tersebut (KP)
Komentar