Laporan : Tim Kabar Publik
Editor : Mahmud Marhaba
GORONTALO (KP) – Hari itu, para Rektor, Kepala Dinas Pendidikan hingga Dosen dan Guru, dengan berbagai deretan gelar Sarjana hingga Profesor berkumpul di sebuah ruangan tertutup. Ada beberapa orang yang sudah lanjut usia hingga yang masih umur muda. Semua kompak berseragam motif Batik yang bersimbolkan obor.
Saya tidak percaya diri saat masuk dalam delegasi pertemuan itu. Berbagai latar belakang pangkat maupun jabatan hingga gelar para delegasi yang hadir, membuat saya terasa lebih kecil diantara mereka. Namun Rasa tidak percaya diri saya itu perlahan hilang saat berdiskusi bersama sosok perempuan yang kesehariannya sebagai Dosen di Universitas Negeri Jakarta, dialah Dr. Unifah Rosyidi,MPd. Plt Ketua Umum PB PGRI saat ini.
Nurhadi Yayan Taha, seorang guru di Kota Gorontalo pertama kali bertemu dengan Dr. Unifah Rosyid, MPd saat agenda Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) PGRI yang dilaksanakan di Hotel Pitagiri Jakarta, 22 Desember 2017.
“Ia banyak memberi inspirasi kepada saya. Guru muda untuk selalu setia dan mengawal berbagai agenda PGRI. Kita tak melihat latar belakang jabatan dan pangkat, tetapi Guru wajib untuk berjuang serta memperjuangkan hak – hak martabat seorang guru bahkan ia memberi motivasi bahwa PGRI membutuhkan energi para guru muda dalam menjalankan rutinitas organisasi dan ia pun mengapresiasi langkah PGRI Gorontalo yang merekrut Guru muda dalam kepengurusan PGRI,” ungkap Hadi Taha demikian dirinya disapa.
Menyoal sejarah perjalanan Unifah Rosyidi, dirinya menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) periode 2017-2019. Dirinya terpilih dalam Konverensi Kerja Nasional IV Masa Bakti XXI yang diselenggarakan pada 27-30 Januari 2016 di Medan. Sebelumnya Unifah menjabat sebagai pelaksana tugas sepeninggalan Sulistiyo pada 2016 silam.
Hal yang menarik pada sosok perempuan ini, ungkap Hadi, Dialah Ketua Umum satu – satunya perempuan yang menahkodai PGRI. Dari deretan sejarah ke PGRI-an di Indonesia yang lahir pada era Revolusi 25 Novembet 1945, baginya kompleksitas permasalahan Guru di Indoensia harus segera di tuntaskan dengan langkah yang elegan dan beretika dalam memperjuangkannya.
Memimpin Organisasi Sekelas PGRI tentu menguras tenaga, pikiran dan waktu di dalam menjalankan organisasi ini, apalagi bagi seorang Ibu, ia harus mengurus keluarga suami dan anak-anaknya. Tentu harus benar-benar dapat mengatur waktu dengan baik.
“Saya memprediksi ada banyak waktu -waktu yang terkuras hanya untuk mengurus organisasi ini, belum lagi kalau ada problem di beberapa daerah yang perlu untuk dituntaskan, tentu diperlukan tenaga yang super dalam menyelesaikannya. Biarlah untaian doa kami seluruh Guru akan terus mendoakan agar berbagai pengabdian yang dilakukan olehmu adalah Ibadah serta amal baktimu pada Agama dan bangsamu, biarkanlah semangat kami akan mengantikan waktu-waktu bersama keluargamu, karena dirimu telah kami semangatkan sebagai bunda kami, Bunda Guru se nusantara, ucapanmu adalah nasehat bagi kami, semangatmu menjadi inspirasi bagi kami, dan perjuanganmu menjadi kado bagi kami,” ungkap Nurhadi Taha yang sangat aktif dalam organisasi kemasyarakatan.
Ucapan terima kasih pun disampaikan kepada Bunda Unifah. “Terima kasih Yunda … Terima kasih Bunda.. Unifah kau adalah pejuang,… Kau adalah kartini bagi kami.. Kau adalah Cut Nyak Dien baru bagi mereka yang di Aceh. Kau adalah Walanda Maramis bagi mereka yang ada Sulawesi …. kau adalah Bunda bagi kita Guru Se Nusantara,” tutup Hadi Taha.#(KP)
Komentar