Laporan : Tim Kabar Publik
Editor : Mahmud Marhaba
GORONTALO (KP) – Aksi penyerangan Komisioner KPU Kota, La Aba terhadap Sukrin Taib menjadi viral di media sosial dan menjadi buah bibir banyak orang. Pasalnya, ditengah KPU Kota mempersiapkan hajatan besar Pilwako, para Komisioner malah saling bentrok. Ini berawal dari hasil keputusan DKPP yang mencopot jabatan La Aba sebagai Ketua KPU Kota Gorontalo.
Wartawan media ini mencoba mengorek banyak keterangan dari kedua belah pihak. Saat dikonfirmasi ke La Aba, dirinya menegaskan bahwa pada dasarnya dirinya sangat menghargai apa yang menjadi keputusan DKPP. Dirinya pun segera memanggil Komisioner dan staf lainnya, menegaskan jika apa yang menjadi keputusan DKPP segera ditindaklanjuti. Namun, dirinya meminta untuk melakukannya secara bertahap. “Saya sudah panggil pak Sukrin dan menegaskan jika beliau akan jadi Plt Ketua dulu, setelah itu akan dilakukan pleno pemilihan Ketua baru, sesuai perintah yang diputuskan DKPP,” ungkap La Aba, Minggu (17/06/2018).
Ditegaskan jika langkah yang dilakukan, karena dirinya masih mengalami keduakaan dimana sang ibu tercinta meninggal dunia. Makanya, La Aba menunjuk Sukrin untuk menjadi Plt Ketua sambil menungu dirinya akan balik ke Gorontalo untuk lebaran di Gorontalo.
Berbeda dengan apa yang disampaikan Sukrin Taib. Dirinya mengatakan bahwa pada prinsipnya ia menjalankan apa yang menjadi rekomendasi KPU Provinsi terkait dengan putusan DKPP. “Terkait dengan pergantian Ketua, komisioner sudah melakukan konsultasi dengan KPU Provinsi pak. Jadi silahkan berkoordinasi dengan KPU Provinsi,” ujar Sukrin.
Hal ini dipertegas oleh Ketua KPU Provinsi Gorontalo, Fadli Koem. Dirinya menegaskan bahwa keputusan DKPP hanya memberikan waktu paling lambat 7 hari untuk melaksanakan keputusan DKPP. Olehnya, KPU Provinsi memberikan rekomendasi untuk segera menjalankan keputusan DKPP.
Lalu, mengapa tiba-tiba La Aba melakukan penyerangan kepada Sukrin? Kepada media ini La Aba mengatakan bahwa Sukrin tidak komit dengan apa yang sudah disepakati awal. Bahkan La Aba mengaitkan senioritas di organisasi HMI dalam persoalan ini. “Dia itu yunior saya sejak HMI dimasa kuliah lalu, dia tidak menghargai seniornya,” ungkap La Aba penuh kesal. Dan lebih menyakitkan lagi, ungkap La Aba, ruangan yang ditempatinya didesak untuk dipergunakan dengan alasan kepentingan rapat.
“Saya sudah sampaikan untuk ruangan menunggu saya saja, karena ada berkas dan dokumen saya didalamnya,” tegas La Aba yang akhirnya melampiskan kekesalannya dengan melakukan hal tersebut.
Sukrin Minta La Aba Sejukan Suasana
Nampaknya Sukri tidak mempersoalkan ruangan yang jadi polemic saat insiden tersebut. Dirinya malah tetap menggunakan ruangan yang ditempatinya selama ini menjadi Komisioner KPU Kota Gorontalo. Meski, dipandang ruangan ini terlalu sempit untuk dilakukan rapat koordinasi dan kegiatan lainnya. Bahkan, dalam suasana berhimpit-himpitan, Sukrin rela menajalankan tugasnya dengan harapan agar pesta demokrasi Pilwako berjalan sukses.
“Kalau pak La Aba tidak mau pindah dari ruangan Ketua, tidak apa-apa, saya ikhlas tetap diruangan saya yang lama, pak La Aba tetap diruangan didepan, bagi saya tidak persoalan pak,” ungkap Sukrin yang akhirnya memberikan 2 opsi terkait penggunaan ruangan Ketua KPU sambil memberikan dua opsi terkait ruangan itu, Pertama, Saya tetap diruangan lama, pak La Aba diruangan depan. Opsi kedua, semua komisioner diruangan depan, tidak ada yang dibelakang. “Pak La Aba khan berat meninggalkan ruangan itu, jadi saya pikir opsi kedua itu jadi pilihan,” ungkap Sukrin.
Namun, dibalik semua persoalan ini, Sukrin meminta agar persoalan ini dilupakan saja dan berharap La Aba bisa menyejukkan suasana demi suksesnya Pilwako. “Intinya pak, kami Komisioner sangat berharap, pak La Aba sama-sama menyejukkan suasana, bergandengan tangan untuk suksesnya Pilwako,” pinta Sukrin merendah.#(KP)
Komentar