BUPATI Gorontalo Nelson Pomalingo adalah akademisi asli. Pernah menjadi Rektor di dua Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta. Di kancah perpolitikan dia pendatang baru. Debutnya sebagai politisi ‘baru’ dimulai tujuh tahun silam saat mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Gorontalo tapi kandas. Sempat vakum dari hingar bingar politik, dia nanti mendapat momentum tatkala Pilkada Kabgor (pimilihan kepala daerah Kabupaten Gorontalo) empat tahun lalu.
Di Pilkada Kabgor Nelson diusung Demokrat dan PPP mengalahkan pasangan incumbent Wakil Bupati Tony Yunus dan Sofyan Puhi serta pasangan Rustam Akili – Anas Yusuf, politisi asli yang sudah berulang ikut Pilkada. Keberhasilan Nelson meraih posisi jabatan Bupati itu sama sekali diluar ekspektasi banyak pihak.
Pasca Pilkada, Nelson yang sejak awal bukan anggota partai politik akhirnya memilih masuk dan menjadi Ketua PPP Provinsi Gorontalo dan mampu menambah perolehan kursi Partai pada Pileg (Pemilihan Legislatif) lalu. Tercatat di Kabgor partai berlambang Kabah itu meraih tujuh kursi – periode sebelumnya hanya empat kursi – dan merebut kursi ketua DPRD. Sedangkan di Provinsi meraih lima kursi – periode sebelumnya empat kursi – dengan konpensasi jabatan wakil Ketua. Ini capaian luar biasa dalam sejarah perjalanan PPP.
Tak bisa dipungkiri hasil Pileg tersebut tak lepas dari peran dan pengaruh Nelson sebagai Bupati. Dia menjalankan roda pemerintahan sambil mensosialisasikan dan mengokohkan eksistensi PPP, sebagai konsekwensi bila kepala daerah merangkap Ketua Partai.
Hasil Pileg itu pun menambah kenyakinan PPP dalam menghadapi Pilkada Kabgor 2020 nanti. Peluang menang terbuka lebar. Apalagi bila nanti Nelson yang kembali diusung sebagai Bupati. Sebagai incumbent dia tentu memiliki peluang amat besar. Hampir semua kepala daerah incumbent – kecuali kasus Boalemo tempo hari – di daerah ini kembali terpilih di Pilkada. Nelson bisa mengikuti jejak mereka.
Berhasil membesarkan PPP Nelson pun membangun relasi politik dengan mantan Gubernur Gorontalo yang kini menjabat Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad tiga tahun terakhir. Bila dirawat dengan baik, relasi ini akan menjadi kekuatan di Pilkada nanti.
Nelson juga pasti mendapat keuntungan politik dari penunjukan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa sebagai Kepala Bappenas. Sebagai putra Gorontalo tentu Suharso akan memberikan atensi khusus kepada Nelson terutama dalam menghadapai Pilkada.
Nah, bisa dibanyangkan kalau kedua tokoh nasional itu turun gunung mengkampanyekan Nelson di pentas Pilkada, pasti menggetarkan lawan.
Sampai disini kita harus akui Nelson bukan lagi politisi kemarin sore, kendati dia pendatang baru. Dia kini sudah menjadi politisi hebat dan kian tangguh. Itu sebabnya lawan-lawan politiknya harus berhitung ulang.
Kendati begitu Nelson harus ekstra hati-hati di ujung masa jabatannya. Dia harus berusaha untuk tidak membuat keputusan-keputusan yang berpotensi pada pembatalan dirinya ikut Pilkada. Kasus Bupati Boaleme, Rum Pagau bisa menjadi pelajaran. Tidak menyalahgunakan wewenang atau korupsi; kasus wakilnya. Menjaga bawahannya agar tidak membuat ulah; kasus fee di PU serta kasus pembatalan festival Danau Limboto. Kalau hal-hal ini bisa dihindari, selamat sudah.
Maka barangkali yang harus dicari PPP yaitu siapa wakil Bupati yang akan mendampingi Nelson. Apakah partai sudah punya pilihan? entahlah.
Tapi melihat PPP dalam kondisi terbaik saat ini, mengambil sosok wakil Bupati dari internal partai atau personal nonpartisan lalu di-PPP-kan patut untuk dipertimbangkan. Alasannya sederhana, kalau mereka terpilih, sang wakil bupati kelak yang akan melanjutkan kepimimpinan PPP di Kabgor sekaligus mengamankan Nelson bila hendak maju di pimilihan Gubernur 2023. Strategi ini harus diambil, kalau tidak ingin pucuk pimpinan Kabgor lepas ke pihak lain.
Mengambil wakil Bupati dari partai politik sangat beresiko. Apalagi bila hanya tergiur besaran mahar yang ditawarkan, selain akan menurunkan kredibilitas partai yang sudah dengan susah payah dibangun, kader partai pasti kehilangan momentum untuk naik kelas.
Bursa calon kepala daerah Kabgor sudah ramai. Namun hingga saat ini masih dihiasi calon-calon kalah Pilkada lalu. Belum ada calon baru yang mumpuni. Kalau ini tak berubah, siapa pemenangnya sudah bisa ditebak.
Oleh : Deswerd Zougira (Koordinator Gorontalo Corruption Watch )
Komentar