Laporan : Jaringan Berita SMSI
Editor : Mahmud Marhaba
GORONTALO [KP] – Pendidikan keluarga memegang peran penting dalam perubahan pola pikir anak yang berada di lingkungan terkecil keluarga. Pola pikir tersebut akan mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif atau negatif.
Keluarga akan terus berupaya melakukan hal positif untuk membentengi anak-anaknya dari hal-hal yang dianggap merugikan dirinya sendiri terlebih merugikan keluarga dengan melibatkan secara aktif anak-anaknya dalam pemahanan nilai keagamaan, nilai moral ataupun nialai positif lainnya yang dinggap memberikan masa depan yang lebih cerah bagi anak itu sendiri.
Di jaman teknologi digital saat ini, apakah peran keluarga masih memiliki pengaruh yang tinggi terhadap pola pikir anak dalam mengambil keputusan pribadinya?
Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) rencananya akan melakukan Survey Nasional tentang “Efektivitas pola pendidikan keluarga pada anak dan diseminasi media sosial terhadap penanaman nilai nilai keagamaan, moral, kebhinekaan, kearifan lokal” yang diperankan melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Gorontalo.
BNPT melalui FKPT provinsi Gorontalo menggagas Survey Nasional yang didahului dengan diskusi dengan melibatkan peserta dari Kesbangpol provinsi, Dinas Pariwisata provinsi, Dinas Pendidikan Provinsi, Kemenag Provinsi, Dinas Dukcapil provinsi Gorontalo, Rabu (27/03/2019) bertempat di hotel Imperial Kota Gorontalo.
Ketua FKPT provinsi Gorontalo, melalui Kabid Penelitian FKPT provinsi Gorontalo, Dr. Masri Kuadrat Umar M.Pd mengatakan bahwa sasaran kegiatan ini untuk menemukan kearifan lokal di Gorontalo, terutama yang bentuk kearifan lokal “budaya lisan/ budaya tutur”, yang berpotensi menangkal radikalisme di masyarakat.
Diskusi ini menghadirkan pemateri dari BNPT, Farhan Muntafa, S.Si., M.Tat selaku Direktur Riset BNPT Pusat.
Humas FKPT provinsi Gorontalo, Romi Moge, M.AP mengatakan kepada media ini bahwa urgensi survey ini adanya terpaan paham radikalisme melalui media sosial, adanya kerentanan sosial berupa kondisi negatif di masyarakat, daya tangkal masyarakat berupa kearifan lokal dan pengetahuan masyarakat terkait kearifan lokal sangat rendah.
“Jika masyarakat kuat maka tidak mudah terpapar, jika lemah maka itu memiliki peluang besar untuk terpapar,” ungkap Romi Moge ditengah-tengah berlangsungnya diskusi tersebut.#[KP/MM]
Komentar