Laporan : Jarber SMSI (Tim Kabar Publik)
Editor : Mahmud Marhaba.
GORONTALO [KP] – Tak ada yang meyangka jika sosok Robby Hunawa, S.IP., M.Si merupakan hasil polesan tokoh politik Gorontalo Ishak Liputo. Saat dirinya masih muda, rumah Ishak Liputo dijadikan tempat berkumpul bersama teman-teman lainnya seperti Amin Mootalu dan sejumlah rekannya yang kini sukses sebagai politisi di Gorontalo. makanya, Ishak Liputo disebut sebagai panglima politik bagi Robby Hunawa.
Akademisi yang kini menjadi politisi Demokrat di DPRD Bone Bolango itu diminta untuk menjadi narasumber pada acara Diskusi Lepas, Mencari Sosok Pemimpin Milenial, Sabtu (19/10/2019) yang digelar di rumah kediaman Ishak Liputo. Maknya, sejak awal Robby berbicara, dirinya mengatakan jika pertemuan malam itu bagaikan reuni diantara mereka.
“Persiapkanlah dirimu sebelum menjadi pemimpin,” kata Robby Hunawa sambil meminjam ungkapan Umar Bin Abi Thalib. Dirinya pun mengutip apa yang disampaikan oleh tokoh reformasi Amien Rais bahwa di era reformasi, akademisi jangan hanya pintar di kampus, tapi berada diluar masuk di dunia politik dan berupayalah untuk memperbaiki dengan segala kemampuan dan kekuranganmu, maka itu menjadi tolok ukur bagi dirinya.
Dikatakan Robby, moralitas yang kita ukur di dalam kampus sangat berbeda ketika berada di dunia luar kampus. Dirinya pun menolak menerima tawaran Prof. Nelson Pomalingo menjadi ASN di Universitas Negeri Gorontalo dan memilih Universitas Gorontalo sebagai tepat mengasah kemampuannya dalam mentransfer ilmu yang dimilikinya.
Menurut para ahli, ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk melahirkan seorang pemimpin.
Pertama, Pendekatan Geneologis dimana lahirnya seorang pemimpin karena oleh faktor Gen. Jika seseorang pemimpin lahir, mereka akan menayakan siapa bapaknya atau siapa kakeknya. Jika kakeknya atau bapaknya memiliki kepemimpinan yang baik dan berpengalaman, maka orang tidak akan heran jika seseorang tampil menjadi seorang pemimpin. Robby mengatakan, tipe pemimpin ini memiliki kelebihan yang sulit dimiliki oleh orang lain, salah satunya adalah jiwa kharismatik. Sifat kharismatik setiap orang untuk menjadi pemimpin kata Robby, tidak dimiliki semua orang tapi, hanya ada pada orang-orang tertentu. Jika ada pemimpin yang natural maka dia akan menjadi seorang tokoh. Dengan kemampuan kharismatiknya dia mampu untuk mempersatukan semua elemen yang ada.
“Jika Alham menjadi pemimpin dan menjadi seorang Bupati ke depan, maka orang tidak akan heran karena orang tuanya memiliki jiwa kepemimpinan,” kata Robby sambil menengok kepada sosok Alham yang hadir dalam Diskusi Lepas itu.
Kedua, Kepemimpinan Gaya Administrasi. Kepemimpinan ini dibentuk atau dibentuk dengan cara belajar. Dirinya mencontohkan jika para pejuang yang sukses dan menjadi hebat karena mereka belajar mempersiapkan diri menjadi seorang pemimpin. Kepemimpinan administrasi dibentuk oleh institusi contohnya adalah birokrasi dan para militer. Mereka ditempa dalam sebuah perencanaan karir yang bervariasi waktunya. Karakter kepemimpinan ini melalui institusi dan jejaknya jelas, sehingga ada kepemimpinan yang lahir dari birokrasi ketika dia pensiun, dia sudah melaluinya dan mampu terbuka serta berpengalaman.
Ketiga adalah Kepemimpinan Situasional. Dikatakan Robby Hunawa, dalam literatur dikatakan, tipe kepemimpinan ini tidak memiliki waktu jangka panjang, organisasinya juga adalah organisasi sempalan serta kepentingannya jangka pendek. Dalam kepemimpinan politik disebut kepemimpinan Anomi, tidak paten dan setelah tercapai tujuannya maka dia akan bubar.
Robby Hunawa pun memberikan pencerahan kepemimpinan milenial. Ditegaskan Robby, yang disebut dengan milenial itu adalah mereka yang lahir di tahun 80 keatas, ditengahnya adalah tahun 90-an dan terakhir adalah tahun 2000 kebawah.
“Ketika kita akan berbicara tentang milenial akan terjadi perbedaan dan perdebatan dimana kaum milenial sesungguhnya adalah kaum frustasi,” ungkap Robby.
Oleh sebab itu tegas Robby, kalau kita mau mempersiapkan pemimpin dengan kalimat dibelakangnya adalah milenial, maka harus ada kriteria. Dalam literatur di beberapa buku termasuk di Google tidak berbeda jauh dengan kriteria kepemimpinan yang sudah ada.
“TB Silalahi mengatakan bahwa dia menempatkan seorang pemimpin ini adalah ukuran moralitas. Apa ukuran moralitas itu? Moral yang baik itu seperti apa? Ketika seorang muslim waktu shalat tiba maka dia akan menjalankan sholatnya dan itu bisa dilihat oleh orang secara terus menerus. Jadi moralitas dimana perbuatan, perkataan dan hati,” ungkap Robby Hunawa yang telah mengecap dunia politik di legislatif 2 periode itu.
Dirinya pun berharap agar Alham Habibie merupakan sosok yang memiliki kemampuan untuk menyatukan tiga dimensi ini.
Terakhir adalah Pemimpin Gaya Visioner. Dirinya pun mengutip pernyataan David Bobihoe, dimana Visi itu adalah mimpi. Jika tidak mampu bermimpi, maka jangan jadi pemimpin. “Kepemimpinan visoner dimana seseorang memiliki kredibilitas, aksebilitas dan transparansi,” ungkap Robby yang menjadi pembicara kedua setelah Adhan Dambea, sementara Alham Habibie pun mengambil kesempatan untuk berbicara terkait dengan dirinya yang siap menjadi calon Bupati atau Wakil Bupati pada Pilkada 2020 mendatang.
Kehadiran Robby Hunawa dan Alham Habibie dalam forum diskusi itu menjadi perhatian khusus peserta, bahkan disebut-sebut sangat cocok menjadi pasangan pada Pilkada 2020 mendatang. Kita tunggu saja hasil keputusan politik kedepan.#[KP]
Komentar