KRITIKAN BUKAN BENTUK EMOSIONAL

OPINI290 Dilihat

Oleh : Budiyanto Napu

ADA hal yang salah dalam mempersepsikan sebuah kritikan. Dalam kehiduan sehari-hari, kiritan adalah sesuatu yang baik, terlalu banyak kritikan yang dilontarkan oleh masyarakat tidak dianggap sebuah bentuk  emosional, entah karena yang mengkritik adalah masyarakat biasa maka tidak dianggap sesuatu hal yang sangat mengganggu dan berpengaruh terhadap kepuasan publik.

Berbeda jika kritikan yang dilakukan oleh seorang mantan pejabat maka dianggap sesuatu yang emosional,  dan berpengaruh terhadap  kepuasan publik.

Mari kita lebih bijak memahami arti sebuah kritikan, bukan menjadikan sebuah kritikan sebagai penyakit yang menular, karena dari kritikanlah maka kita akan mengetahui ada sesuatu yang kurang.

Pernyataan mantan pejabat terkait pentingnya etika pemerintahan sebenarnya bukan bentuk emosional, pernyataan tersebut berdasarkan pengalaman dalam memimpin. Dalam pernyataan tersebut sang mantan pejabat tidak mengeluarkan statemen yang emosional. Hal yang dilontarkan adalah sebuah kritikan yang memang harus diperhatikan oleh pemimpin, misalnya mutasi yang tidak memperhatikan aspek manfaat seseorang yang tinggal menunggu dua bulan masa pensin tiba, harus menerima mutasi lagi.

Apa yang dapat dilakukan seseorang dalam waktu dua bulan menduduki suatu jabatan? Dari contoh kasus ini kita dapat melihat bahwa reformasi birokrasi tidak diperhatikan dengan baik.

Peningkatan ekonomi dan kesejahtraan rakyat sekarang tidak lepas dari dana yang masuk ke desa dengan jumlah yang fantastis berkisar 1 milyar rupaih. Belum lagi ditunjang dengan program-program pemerintah pusat seperti Program Keluarga Harapan, Bantuan Langsung Non Tunai, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat.  Program-program ini, kata Budiyanto diluncurkan oleh pemerintah pusat sebagai bentuk perhatian bagaimana peningkatan kesejahteraan dan peningkatan perkapita masyarakat pedesaan.#[KP]

Apa Reaksi Anda?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Komentar