JAKARTA (kabarpublik) — Pemerintah Tiongkok menuding Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) melakukan serangan siber terencana terhadap Pusat Layanan Waktu Nasional (NTSC). Dalam pernyataannya, Beijing menyebut AS sebagai “kekaisaran peretas” dan “sumber kekacauan terbesar di dunia maya.”
Tuduhan tersebut disampaikan oleh Kementerian Keamanan Negara Tiongkok (MSS) melalui unggahan resmi di WeChat pada Minggu (20/10/2025), seperti dikutip dari TheHackerNews.com.
MSS mengklaim memiliki bukti tak terbantahkan yang menunjukkan keterlibatan NSA dalam serangan siber yang terjadi pada 25 Maret 2022. Serangan itu disebut berhasil digagalkan sebelum menimbulkan kerusakan.
Serangan Targetkan “Waktu Beijing”
NTSC, yang berada di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok (CAS) sejak 1966, bertugas menjaga dan menyalurkan standar waktu nasional atau Waktu Beijing.
Menurut MSS, serangan terhadap sistem ini dapat berdampak luas pada infrastruktur vital, seperti jaringan komunikasi, sistem keuangan, pasokan listrik, transportasi, hingga peluncuran ruang angkasa.
“Setiap upaya untuk merusak sistem waktu nasional dapat mengacaukan berbagai sektor penting,” kata MSS.
Pihaknya menegaskan bahwa operasi kontra-siber berhasil menghalau upaya pencurian data dan sabotase yang dilakukan NSA.
Eksploitasi Sistem dan Pencurian Data
Mengutip laporan TheHackerNews.com, MSS menyebut NSA memanfaatkan celah keamanan dalam layanan SMS merek asing untuk menyusupi perangkat ponsel milik sejumlah staf NTSC. Aksi ini diduga menyebabkan kebocoran data sensitif.
Kemudian pada April 2023, MSS mengklaim NSA menggunakan kredensial login yang dicuri untuk kembali menembus sistem NTSC. Antara Agustus 2023 hingga Juni 2024, badan intelijen AS itu disebut menerapkan “platform perang siber” baru dengan 42 alat khusus untuk melakukan serangan berintensitas tinggi ke jaringan internal NTSC.
Serangan itu disebut berlangsung pada malam hingga dini hari waktu Beijing, menggunakan server pribadi virtual (VPS) di AS, Eropa, dan Asia untuk menyembunyikan jejak digital.
Gunakan Sertifikat Palsu dan Enkripsi Canggih
Menurut MSS, pelaku menggunakan sertifikat digital palsu untuk menembus sistem antivirus dan algoritma enkripsi kuat guna menghapus jejak serangan.
“Mereka menghapus bukti serangan secara menyeluruh, langkah demi langkah, untuk memastikan tidak ada yang tersisa,” tulis pernyataan MSS di WeChat.
Tiongkok mengklaim berhasil menetralisir seluruh serangan dan memperkuat sistem keamanan nasional setelah insiden tersebut.
Selain terhadap NTSC, MSS juga menuduh AS melancarkan serangan siber secara berkelanjutan ke berbagai wilayah, termasuk Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika Selatan.
Menurut MSS, Washington memanfaatkan infrastruktur teknologi di Filipina, Jepang, dan Taiwan untuk menutupi keterlibatannya.
“AS kerap menuduh Tiongkok melakukan peretasan, padahal mereka sendiri yang menjadi sumber utama ancaman dunia maya,” ujar MSS.
Tiongkok menilai tudingan “ancaman siber Tiongkok” yang sering dihembuskan AS hanyalah strategi propaganda untuk menekan perusahaan dan warga negaranya.

