Laporan : Rijali (JMSI), Editor : Mahmud Marhaba
RAJA AMPAT [KP] – Sejumlah wartawan wilayah peliputan di kabupaten Raja Ampat mengaku Pemda dan Tim Satgas terkesan tak ingin melibatkan dalam penanganan Covid-19 di Raja Ampat. Pasalnya, hingga saat ini wartawan yang bertugas di wilayah Raja Ampat tidak mengetahui status keterlibatan dalam penanganan Covid.
Hal tersebut, akhirnya membuat beberapa wartawan memilih melakukan peliputan di Kota Sorong dan kabupaten Sorong.
Salah satu wartawan media lokal mengatakan, peliputan di Raja Ampat terkait Covid-19 tidak dilibatkan wartawan dengan alasan social distanshing dan keterbatasan APD.
“Kita tidak dilibatkan jadi kita balik ke Sorong saja peliputan di Sorong,” ucap Wartawan itu, Senin (04/05/2020).
Ketika keputusan itu diambil, setelah dirinya berkoordinasi dengan pihak Pemda di bagian Humas beberapa waktu lalu. Namun katanya, pihak Pemda tidak bisa mengajak wartawan dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan Covid-19, karena kekurangan Alat Pelindung Diri (APD). Kalau wartawan ingin meliput, cukup lihat di media center Raja Ampat.
“Kami sebagai wartawan tidak bisa serta merta memberikan informasi tanpa dilapangan. Itu kan kode etik wartawan. Kalau ternyata kenyataan di lapangan berbeda bagaimana? Kami beban moral juga kan,” jelasnya.
Terkait keterbatasan APD, menurutnya alasan tersebut terkesan dibuat-buat. Kewajiban untuk menyediakan APD bagi wartawan adalah kewajiban Pemda setempat.
“Itu kan sudah disampaikan banyak pihak, baik itu dari Kominfo pusat, Dewan pers, Gugus Tugas Covid-19. Intinya, peran penting wartawan untuk menginformasikan covid-19 di suatu daerah wajib diperhatikan. Masyarakat berhak tahu apa yang dilakukan oleh pemerintah setempat terkait covid-19 ini,” terangnya.
Meski begitu, ada sejumlah wartawan yang masih aktif melakukan peliputan walaupun dipandang sebelah mata. Padahal jika dilihat informasi terkait situasi dan perkembangan Covid di Raja Ampat yang hingga diketahui publik itu karena kerja keras Wartawan.
“Setiap informasi yang beredar karena kerja Wartawan, namun hanya dipandang sebelah mata bahkan terkesan tidak dihargai kerja kerasnya,” kesal si Wartawan itu.
Sementara, salah satu wartawan media nasional, Abi (sapaan akrab) yang bertugas di Papua Barat mengaku dirinya sering melakukan peliputan di Raja Ampat, namun karena wartawan tidak dilibatkan lagi maka ia memilih melakukan peliputan di luar wilayah Raja Ampat.
“Kerja kami dilapangan tentu saja berpatokan pada protokol peliputan yang telah ditetapkan serta melakukan tugas sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP),” jelasnya.
Menurutnya, pemerintah telah gentorkan anggaran meliaran rupiah untuk penanganan Covid-19, sebab itu wartawan hadir sebagai instrumen pengontrol dalam realisasi anggaran tersebut.
Selain itu kata Abi, jika kemerdekaan pers terus dikekang maka sudah pasti demokrasi yang kita agungkan ini akan cacat dan tidak berdiri kokoh.
“Kendati tidak dilibatkan dalam Satgas pencegahan penyebaran Covid-19, saya tetap mengajak rekan-rekan wartawan lainya agar tetap melakukan kontrol terhadap penggunaan anggaran dalam penanganan Covid-19 di daerah tugasnya,” tandas Abi #(KP/HSG).
Komentar