Laporan : Rijali (JMSI), Editor : Mahmud Marhaba
RAJA AMPAT [KP] – Seorang Imam Masjid Baitul Arsyillah berinisial AL diduga dikeluarkan dari Waisai, Kabupaten Raja Ampat oleh Tim Satgas Covid-19 Raja Ampat. Hal itu lantaran AL tidak mengikuti pemeriksaan kesehatan atau pengambilan darahnya.
Diketahui AL dijemput oleh Tim Satgas di jalan Lukas Dailom, komplex Kobioser kelurahan Waisai Kota Kabupaten Raja Ampat, pada Sabtu (02/05/2020) kemarin.
Sekretaris Daerah (Sekda) Pemda Raja Ampat, Dr. Yusuf Salim, M.Si menjelaskan, dalam penanganan Covid-19 itu berdasarkan komitmen dan kesepakatan semua pihak untuk mematuhi protokol kesehatan.
“Dia (Imam-red) ini kita sudah coba melakukan berbagai mediasi berulang kali bahkan sudah ada pertemuan antara Pemda, MUI dan tokoh Agama, tetapi dia tetap keras kepala,” kata Sekda kepada sejumlah media di Waisai, Sabtu (02/05/2020) kemarin.
Karena salah satu pasien terkonfirmasi positif covid berjamaah di mesjid sehingga AL diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan guna mengantisipasi jangan sampai terkontak dengan pasien positif, tetapi dirinya menolak sehingga diberikan dua pilihan oleh Tim Satgas, apakah dirinya harus melanjukan tes atau keluar dari Raja Ampat.
“Jadi pilihannya tidak mau ikut tes otomatis dia memilih untuk keluar dari Raja Ampat. Pilihan Tim Satgas cuman satu jangan sampai hanya satu orang akhirnya menular ke banyak orang. Tetapi dia memili untuk dipulangkan ke Sorong, kita ingin pastikan apa dia ingin mengikuti anjuran protokol kesehatan dan arahan tim satgas. Jika dia mengikuti maka dirinya aman,” terang Sekda.
Disinggung apakah Imam sudah melakukan tes darah, kata Sekda, AL tidak ingin tes kesehatan bahkan secara sepontan dikatakan juga oleh Sekreraris Tim Satgas, Yusdi Lamatenggo.
“Tim Satgas ini sangat jelas, jadi dia memili tidak mau ikut tes berarti memili untuk meninggalkan kota Waisai. Alasan Imam Kobioser dipulangkan ke Sorong karena tidak mengikuti protokol kesehatan, dalam hal ini tidak mau darahnya diambil,” jelas Sekda.
Sementara Imam Mesjid Baitul Arsyillah Kobiesor, AL membantah tudingan tersebut. AL mengaku bahwa petugas medis atau perawat di RSUD Raja Ampat sudah mengambil darahnya.
“Memang awalnya saya tidak mau karena kondisi saat itu masih puasa, tetapi akhirnya saya bersedia diambil darahnya. Saksinya pak Yardin dan yang mengambil darah saya itu Mantri di RS tersebut. Semua itu tidak benar kalau saya tidak mau ambil darah,” ucap AL kepada sejumlah wartawan lewat Headphone saat berada di atas KM Lema.
Ia juga membeberkan, ada sejumlah Tim Satgas keluarkan bahasa yang kurang menyenangkan.
“Sejak saya keluar mereka (Tim Satgas-red) tidak bilang apa-apa, mereka hanya bilang lebih baik korbankan satu orang dari pada korbankan banyak orang. Tapi kenyataannya saya khan sudah diambil darahnya,” kisah AL.
Anggota DPRD Raja Ampat, Yardin mengaku, dirinya sebagai saksi ketika darah AL diambil oleh petugas medis.
“Jadi sampai ada oknum yang berasumsi bahwa pak Imam tidak mau diambil darahnya itu tidaklah benar. Memang berani sekali berasumsi seperti itu. Perlu diketahui saat pengambilan darah pak Imam saya yang mendampinginya,” tegas Yardin kepada kabarpublik.id #(KP).
Komentar