Oleh : Zulkifli Hasan
Sebentar lagi siapa yang akan menjadi nahkoda penerus Syamsu Qamar Badu di Universitas Negeri Gorontalo akan segera diketahui, sebab tahapan Pemilihan Rektor sementara berjalan. Seperti yang diberitakan dibeberapa media bahwa calon Rektor UNG berjumlah enam orang diantaraya bpk Dr. Abd. Hafiz Olii, S.Pi, M.Si, Bpk Dr. Eduart Wolok, S.T, M.T, Bpk Prof. Dr. Yulianto Kadji, Ibu Prof. Dr. Ani M Hasan, Bpk Prof. Dr. Mahludin Baruadi, Bpk Prof. Dr Hariadi Said keenamnya adalah figur terbaik Universitas Negeri Gorontalo.
Sebagai seorang Alumnus Universitas Negeri Gorontalo kami berharap dalam Pilrek kali ini bukan hanya soal pamoritas gerbong maupun gengsi antar kelompok yang akan mendominasi pemilihan Rektor, namun pertarungan ide dan gagasan, sebab kedepannya Universitas Negeri Gorontalo akan menghadapi tantang yang cukup besar apalagi untuk mensingkronkan dengan Visi UNG yang akan menjadi Leading University di Asia Tenggara.
Universitas Negeri Gorontalo yang memiliki jumlah mahasiswa hampir 20 ribuan dengan heterogenya karakter yang begitu berwarna seakan menjadi dinamika tersendiri buat UNG Khususnya, maupun Provinsi Gorontalo Umumnya. Sekaligus menjadi tantangan tersendiri buat calon Rektor Universitas Negeri Gorontalo. Saat ini apabila mengacu pada substansinya mahasiswa memiliki tanggung jawab sosial sebagai agen of control, perubahan, sekaligus analisis. Hal ini yang terkadang membuat reaksioner mahasiswa akan realitas bangsa saat ini begitu bersemangat dan berakhir dalam romantisme demonstrasi.
Pertanyaanya adalah apakah ada pengaruh demonstrasi mahasiwa terhadap nilai mata kuliah atau lama tidaknya suatu akademik? Selain itu culture organisasi Univrrsitas Negeri Gorontalo seakan mulai tergerus oleh kebijakan, sebagai contoh mahalnya biaya masuk kuliah mendesak mahasiswa fokus pada akademik dan mengabaikan tanggung jawab sosial, organisasi ekstra seakan menjadi ancaman buat universitas dengan tidak diberikanya sosialisasi pada acara formal kemahasiswaan, kegalauan ini yang sering menimpa minoritas (mahasiswa aktivis) akan keadaan Universitas.
Hal ini mendorong mahasiswa untuk berdoa agar Universitas Negeri Gorontalo dapat melahirkan Rektor baru dengan spirit kepemudaan serta spirit kemajuan Kampus, sekaligus menjadikan Universitas Negeri Gorontalo sebagai pengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah.#
Komentar