KABARPUBLIK.ID – IAIN Batusangkar- Seribu hari pertama kehidupan (HPK) anak, yang dimulai semenjak masa kehamilan, merupakan periode emas yang tidak bisa diulang kembali, HPK disebut sebagai ‘golden age period’ dari pertumbuhan dan perkembangan anak yang sangat menentukan kehidupan masa selanjutnya.
Seribu hari pertama kehidupan bukan dimulai sejak bayi dilahirkan, melainkan semenjak pertama kali terjadinya pembuahan, Seribu hari pertama kehidupan terdiri dari 9 bulan dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Pada masa ini pendidikan sangat dibutuhkan demi melahirkan generasi yang agamis dan religius. Pertanyaannya adalah: Kapan pendidikan dimulai. Sebenarnya, pendidikan sudah dimulai sejak pemilihan pasangan sebagaimana hadits Rasulullah berbunyi:
“Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)
Meskipun hadits tersebut bicara tentang wanita, namun pada hakikatnya hal tersebut merupakan tolok ukur untuk pemilihan pasangan. Dan dalam memilih pasangan hidup, Rasulullah menekankan kepada “agama”. Ini menyiratkan bahwa memilih orang yang bagus agamanya merupakan langkah awal dimulainya proses pendidikan bagi anak karena dari pasangan yang bagus agamanya diharapkan akan melahirkan keturunan yang religious.
Selanjutnya, Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak tersebut, dapat dibagi ke dalam beberapa tahapan berikut:
1. Pendidikan pada masa prenatal.
Pendidikan masa prenatal ini dimulai dari awal proses pembuahan hingga bayi dilahirkan. Untuk itu, ketika hendak melakukan hubungan suami istri, sebaiknya pasangan tersebut memulainya dengan berdoa sebagai berikut: “Allahumma janibnasyaithana wa janibnisyathana marazaqtana”. Artinya, dengan nama Allah, ya Allah; jauhkanlah kami dari gangguan syaitan dan jauhkanlah syaitan dari rezeki (bayi) yang akan Engkau anugerahkan pada kami (HR. Bukhari). Selanjutnya, pada waktu terjadi pembuahan sifat-sifat bawaan diturunkan dan tidak semuanya berupa sifat yang baik. Untuk itu, pendidikan prenatal sangat dipentingkan demi mengembangkan potensi-potensi baik dan meminimalisir potensi buruk pada janin yang baru terbentuk. Hal penting lainnya pada masa prenatal ini adalah ditiupkannya roh oleh Allah pada janin yang ada dalam kandungan ketika berusia 4 bulan. Ketika roh ditiupkan Allah, roh mengadakan kesaksian tentang keesaan Allah. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam surat Al A’raf 172. Berdasarkan hal ini, berarti janin yang ada dalam kandungan sudah memiliki potensi beragama tauhid yang perlu dikembangkan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada masa pra-natal sangat diperlukan.
Terkait dengan pendidikan prenatal, orang tua memegang peranan penting, antara lain: mengkonsumsi makanan yang bergizi dan halal, memperbanyak berbuat kebaikan dan menjaga perilaku, menjaga kerapian ibadah, memperbanyak membaca al-quran, menjaga kondisi psikis ibu yang sedang hamil dan selalu berpikir positif, memberi stimulasi dengan senantiasa mengajak janin berbicara dan membacakan doa-doa.
2. Pendidikan masa bayi (0-2 tahun).
Ketika bayi dilahirkan, tugas utama orang tua menurut ajaran Islam adalah mengazankan atau mengiqamahkan setelah anak. Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan potensi beragama fitrah yang sudah dibawa sejak dalam kandungan. Selanjutnya orang tua harus mempersiapkan nama-nama yang baik, dan menanamkan konsep. Terkait dengan penanaman konsep ini, hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua adalah kematangan anak dalam belajar serta kemampuan inteligensi mereka. Konsep akan sangat mudah dikuasai oleh anak melalui peniruan dan pembiasaan. Untuk itu, orang tua sebagai pendidik pertama dan utama seharusnya memberikan model peniruan bagi anaknya.
Disamping pemaparan di atas, keharmonisan keluarga merupakan faktor penentu yang perlu dibangun, ditingkatkan dan dipertahankan agar pendidikan seribu Hari Pertama Kelahiran (HPK) anak berjalan dengan baik dan memberikan hasil seperti yang diharapkan.
Komentar