UAS dan HRA Ziarah Makam Habib di Ternate

Penulis : Ahmad Ibrahim / Editor : YR

TERNATE [kabarpublik.id] – Salah satu makam yang di ziarah Ustad Abdul Somad (UAS) dan Habib Rifqi Alhamid (HRA) adalah makam Habib Muhammad Bin Abdurrahman Bin Hasyim Albaar. Siapakah sosok habib yang dikunjungi UAS dan HRA itu?.

Ia tidak lain adalah tokoh penyiar Islam di Maluku Utara. Salah satu basisnya adalah di Kepulauan Pulau Doi, Kecamatan Loloda Kepulauan.

Ulama besar ini memiliki banyak karomah. Salah satunya adalah “air haul”. Inilah air yang dulu dipakai sang ulama untuk mengislamkan orang-orang di kampung yang jauh sebelumnya masih menganut paham animisme itu.

Ungkapan: “Mandilah Sebelum Anda Dimandikan” terukir jelas di sebuah batu yang bertengger kokoh di bibir selatan Pantai Dagasuli, sebuah kampung nun di Loloda Kepulauan itu.

Air Haul bertengger kokoh di bibir selatan Pantai Dagasuli.

Tak jauh dari lokasi ini ada sebuah mata air yang keluar dari celah batu di atas tumpukan pasir di bibir pantai tersebut.

Inilah air yang diberi nama “air haul”. Air yang memiliki sejarah pertalian dengan nama besar salah seorang ulama hebat dari Maluku Utara itu.

Mata “air haul” ini memang tidak setenar mata air lainnya. Berikut nama kampungnya Dagasuli. Tempat dimana mata air ini berada hanyalah sebuah desa nun di ujung utara Pulau Halmahera.

Berada di hamparan gugusan Kepulauan Loloda, Provinsi Maluku Utara, Dagasuli masuk wilayah terpencil yang bila dijangkau dari ibukota provinsi Ternate menggunakan kapal laut harus ditempuh dengan memakan waktu 10 jam perjalanan.

Foto Istimewa : Desa Dagasuli, Kecamatan Loloda Kepulauan.

Di antara deretan pulau-pulau itu bila dilihat di peta Indonesia — kampung Dagasuli tepat berada persis di Pulau Doi. Pulau yang dulu pernah melahirkan seorang pejuang dan menjadi penasehat laut Sultan Nuku dari Kesultanan Tidore bernama Kapitan Robodoi.

Desa ini dulu juga pernah melahirkan sosok bernama Horukie seorang puteri dari Jazirah Utara, Halmahera. Ia sang pendekar. Ia diberi nama oleh kedaton yang melahirkan imperium besar bernama Ternate. Makamnya juga berada di kampung ini.

Sewaktu kecil dulu bila musim liburan tiba saya selalu memanfaatkan kesempatan ke kampung ayah saya ini. Bermain air laut menaiki perahu sampan sambil berselancar di atas ombak yang oleh warga setempat kerab menggunakan istilah: “womasi totoreke”.

Air lautnya nan jernih membuat mata kita dengan mudah bisa melihat dari dekat batu-batu karang di dasar laut dengan aneka jenis ikan kecil beragam warna, dan hamparan rumput laut “gusungi” atau dalam istilah latin disebut “chymodoceae sarulata” membentang cukup luas.

Meski tidak setenar namanya — yang pasti di pulau ini di Dagasuli ini dulu pernah bermukim ulama besar dan keturunannya hingga kini.

Foto Istimewa : Habib Hasyim Albaar (Matuang Kota Malibuku)

Tiga di antara beberapa keturunannya yang melanjutkan warisan orang tuanya itu adalah Habib Hasyim Albaar (Matuang Kota Malibuku), Habib Syarif Albaar (Matuang Mabalusu), Habib Husen Albaar, Tuang Munawar Albaar, dll.

Sepeninggal dakwah yang dilakukan ulama besar tersebut kemudian dilanjutkan oleh anak cucunya. Habib Syarif Albaar, dan Habib Munawar Albaar, misalnya. Keduanya tetap memilih Dagasuli sebagai tempat dakwah. Sedangkan Habib Hasyim (Kota Malibuku) di sebelah pulau namanya Dama.

Begitupun Habib Husen Albaar di Tuakara dan Salube. Habib Mustafa Albaar di Dedeta. Habib Idrus Albaar di Baja, dan Habib Djen Albaar di Gammadehe Galela.

Sedangkan Matuang Mabalusu atau Tuang Syarif Albaar meninggal dan dimakamkan di Tobelo.

Dan, masih banyak lagi yang lain yang tersebar di seputaran Maluku Utara. Mereka ini adalah penerus ajaran dari orang tua mereka Alhabib Muhammad Abdurrahman Bin Hasyim Albaar Dagasuli.

Menurut tokoh masyarakat Dagasuli Hi.Djafar Ibrahim, Alhabib Muhammad Bin Abdurrahman Bin Hasyim Albaar Dagasuli atau Matuang Ololamoko adalah seorang ulama yang sangat dihormati.

“Karena itu kami kerab memanggilnya dengan gelar Matuang Ololamoko. Sedangkan putera-putera beliau yakni Habib Syarif Albaar diberi gelar Matuang Mabalusu. Sedangkan Habib Hasyim Albaar kami panggil Matuang Kota Malibuku,” ujarnya, Sabtu, (19/9/20).

Habib Syarif Albaar (Matuang Mabalusu)

Alhabib Muhammad Bin Abdurrahman Bin Hasyim adalah sosok penyebar Islam di wilayah Kepulauan Loloda hingga ke Kepulauan Morotai yang berpusat di Desa Galo-Galo.

Dagasuli merupakan kampung pertama tempat dimana sang habib ini bermukim dalam menyebarkan Islam, selain Kampung Dedeta, Fitako, Tuakara, Dama, dan Salube.

Menurutnya, saat menyebarkan Islam di kampung ini Alhabib Muhammad Bin Abdurrahman Bin Hasyim Albaar Dagasuli mendapat banyak tantangan karena berkaitan dengan mengubah pemahaman dan keyakinan orang-orang dulu dari sebelumnya berpaham animisme.

Sebagai ulama, Alhabib Muhammad Bin Abdurrahman Bin Hasyim Albaar Dagasuli tak punya cara lain beliau tetap bersabar menyebarkan risalah Nabi Muhammad SAW, itu.

Sampai tiba waktunya mereka pun menyatakan ke-Islamannya di hadapan sang habib menandai masuknya Islam di kampung ini sekitar 130 tahun lalu.

Sejarah masuknya Islam di kepulauan ini tentu tak bisa dilepaskan dengan nama besar sang tokoh ini. Untuk mengenang jasanya itu pada 2012 lalu digelar sebuah acara atau “haul” mengenai sejarah masuknya Islam di Kampung Dagasuli.

Habib Husen Albaar

Kegiatan itu atas prakarsa tokoh-tokoh agama Ternate yang diketuai oleh salah satu cucunya bernama Al-Ustad Salim Mustafa Albaar. Selain warga Dagasuli hadir pula warga desa tetangga lainnya.

Usai berpidato itulah Al-Ustad Salim Mustafa Albaar mengungkapkan kisah tentang mata air “ajaib” yang dulu pernah dijadikan tempat untuk memandikan dan meng-Islamkan para pendahulu Dagasuli oleh kakeknya Alhabib Muhammad Bin Abdurrahman Bin Hasyim Albaar Dagasuli, itu.

Menurut tokoh masyarakat Dagasuli Ahmad Yakub, tadinya banyak yang tak tahu kisah seputar air yang menjadi “karamah” Alhabib Muhammad Bin Abdurrahman Bin Hasyim Albaar Dagasuli tersebut.

Ahmad Yakub yang kini berprofesi sebagai guru di Kecamatan Bobong, Kabupaten Taliabu, Provinsi Maluku Utara, termasuk generasi keempat dari keturunan Dagasuli, mengungkapkan, usai pidato di acara haul itu Ustad Salim Albaar pun mencari mata air tersebut.

Bersama Kepala Desa Dagasuli saat itu Surahman Yakub adik dari Ahmad Yakub — setelah haul digelar mereka pun melakukan napak tilas berjalan tak jauh ke selatan pinggiran pantai Kampung Dagasuli searah desa tetangga Kampung Dedeta menelusuri jejak perjuangan sang kakeknya itu.

Tak tahu dari mana cerita itu bermula sehingga sang cucu Al-Ustad Salim Mustafa yang jauh datang dari Ternate harus melakukan perjalanan mencari lokasi tempat permandian dan peng-Islaman para tetua kampung Dagasuli dulu.

Saat berada di lokasi, Al-Ustad Salim Mustafa Albaar dengan menggunakan tongkatnya ia pun mencari-cari lokasi dimana gerangan mata air tersebut. Tak lama kemudian, ia pun menancapkan tongkatnya ke pasir tak jauh dari batu dan seketika airpun muncrat keluar dari arah laut di bibir pantai.

Tuang Munawar Albaar

Air ini memang memiliki sejarah langsung dengan Alhabib Muhammad Bin Abdurrahman Bin Hasyim Albaar Dagasuli. Sebab beliau inilah ulama pertama di Maluku Utara yang meng-Islamkan para leluhur Dagasuli khususnya di Loloda Kepulauan.

Kisah berawal saat prosesi untuk memandikannya Alhabib Muhammad Bin Abdurrahman Bin Hasyim Albaar Dagasuli berkeliling mencari air di sepanjang pantai dan di celah-celah batu.

Air yang dicari itu tak kunjung ditemukan. Ia pun menghentakkan tumit kakinya ke pasir dan seketika air pun keluar dari arah laut di celah batu di pinggiran pantai Dagasuli itu.

Sejak lama air ini tak diketahui keberadaannya. Pun cerita asal-muasalnya air ini hilang dari ingatan. Setelah lebih 100 tahun berlalu hingga digelarnya haul menandai masuknya Islam di Dagasuli barulah misteri ini terungkap.

Dan, air ini pun oleh sang cucu Al-Ustad Salim Mustafa Albaar diberi nama “air haul” menandai karamah sang ulama hebat yang digelar pada acara haul itu.

Mengetahui keberadaan dan pengaruh besar yang menjadi warisan datuknya itu mata air tersebut kini atas swadaya masyarakat telah diabadikan dan dibuatkan tembok pengaman secara sederhana untuk menjadi objek kunjungan.

Kelebihan air ini meski berada di bibir pantai tapi rasanya tetap tawar. Tidak berasa payau. Atau salobar. Juga tidak pernah kering walau musim panas sekalipun.

“Debit airnya tidak pernah berkurang walau musim kemarau. Air ini oleh Al-Ustad Salim Mustafa Albaar dikatakan bukan datang dari arah gunung dan bukan pula dari tumbuh-tumbuhan melainkan dari arah laut,” ujarnya.

Untuk memastikan kualitas air ini memang diperlukan kajian secara higienis. Tadinya ada beberapa tokoh Dagasuli telah berinisiatif untuk membawa air ini ke Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Maluku Utara. Namun hingga kini belum terwujud.

Melihat keunikan “air haul” dan karamahnya Alhabib Muhammad Bin Abdurrahman Bin Hasyim Albaar Dagasuli banyak saudara dari Ternate dan desa-desa tetangga memesan air ini.

“Tujuan mereka ini tak lain untuk menikmati khasiat dari “air haul” ini yang diakui sebagai karamah sang habib besar tersebut,” kata Ahmad Yakub.

Sementara itu, di mata salah seorang cicit Alhabib Muhammad Bin Abdurrahman Bin Hasyim Albaar yakni Habib Iqbal Albaar dan juga sebagai anak kampung Dagasuli ia mengakui “air haul” ini sangatlah langka.

Karena itu ia mengajak perlu menjaga dan melestarikannya sebagai wahana wisata. “Air ini merupakan saksi sejarah buat warga Loloda Kepulauan khususnya warga Dagasuli yang saat itu belum punya agama namun berkat air tersebut Habib Muhammad Bin Abdurrahman Bin Hasyim Dagasuli dapat meng-Islamkannya,” ujar Habib Iqbal Albaar, Sabtu, (19/9/20).

Untuk kepentingan wisata, ia berharap masyarkat dan pemerintah Desa Dagasuli dapat mempromosikan “air haul” ini agar lebih dikenal oleh masyarakat luas.

“Dengan memperkenalkan “air haul” ini ke publik kedepan Desa Dagasuli lebih dikenal dan kelak bisa menjadi pusat peradaban Islam di wilayah Loloda,” ujar Habib Iqbal Albaar.

Ia juga mengajak masyarkat Dagasuli dapat menjaga dan melaksanakan ajaran Islam yang dibawakan oleh para leluhurnya. Mengingat perkembangan zaman sekarang banyak sekali pemahaman yang bisa mengubah ajaran.

“Semoga kita senantiasa konsisten melaksanakan ajaran Islam yang disyiarkan oleh Alhabib Muhammad Bin Abdurrahman Bin Hasyim Albaar,” ujar sang cicit.

Untuk diketahui, Muhammad Bin Abdurrahman Albaar dengan sang istri Syarifah Salma Binti Habib Husein Bin Djafar Alhabsyi adalah ulama keturunan Arab yang dalam silsilah keturunannya memiliki persambungan sampai pada Rasulullah SAW. Sang kakek ini juga merupakan menantu Sunan Ampel.

Adapun silsilah sang habib adalah Hasyim Bin Muhammad Bin Abdurrahman Albaar Bin Hasyim Bin Alwi Bin Umar Albaar Bin Abdurrahman Bin Umar Bin Muhammad Bin Husain Bin Ali Albaar Bin Ali Bin Alwi Bin Ahmad Bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam Bin Ali Bin Muhammad Sahib Marbath Bin Ali Khala Qasam Bin Alwi Bin Muhammad Bin Alwi Bin Ubaidillah Bin Ahmad Al-Muhajir Bin Isa Bin Muhammad An-Nakib Nin Ali-AlUraidhi Bin Djafar Sadiq Bin Muhammad Albaqir Bin Ali Zainal Abidin Bin Husain Bin Ali Bin Abi Thalib suami dari Sitti Fatimah Az-Zahra Binti Muhammad.#KP

Apa Reaksi Anda?
+1
0
+1
2
+1
0
+1
1
+1
0
+1
0
+1
0

Komentar