Laporan: Rizky Umar (Jarber SMSI), Editor: Mahmud Marhaba
BONEBOL – Perjalanan Pahlawan Nasional Nani Wartabone memiliki alur kuat disisi perjuangan, pertemanan, nasionalime, kebhinekaan, hingga romantisme. Cerita itu nampak meyakinkan Bupati Bone Bolango Hamim Pou sehingga dinilai layak tayang di layar perak tanah air.
Jumat (15/11/2019), Bupati Hamim Pou terlihat sangat bersemangat soal rencana pembuatan kisah perjuangan Pahlawan Nasional asal Gorontalo Nani Wartabone. Mantan Ketua PWI ini nampak mematangkan rencana itu.
Bahkan disela-sela pemantauan beberapa proyek strategis di Bone Bolango, Bupati Hamim begitu serius tentang ide-ide film Nani Wartabone.
Tilik punya tilik, proyek pembuatan film pahlawan nasional tentang ketokohan pejuang Gorontalo tersebut nampak akan dikeroyok bersama oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Dirjen Kebudayaan, Pemerintah Kabupaten Bone Bolango dan investor.
Ia (Hamim) bercerita, perjalanan Pahlawan Nasional Nani Wartabone memiliki kisah menarik. Ada banyak kisah yang terlewatkan dan belum diungkap, pada hal layak diceritakan.
“Misalnya saat pak Nani dikubur hidup-hidup. Bagaimana revolusi 1942 itu hanya berkisar berusia 12 tahun ketika pak Nani pulang dari Jawa,” ujar Bupati bersemangat.
Ia juga mengungkapkan tentang sosok Sarina, tentang kedekatan sang Pahlawan kebanggaan Gorontalo dengan Presiden pertama Indonesia Bung Karno, tentang kisah-kisah romantis. Ada juga masalah persahabatan hingga konflik.
“Jadi menurut saya film ini akan sangat menarik,” jelas Bupati.
Dia mengatakan, Nani Wartabone itu pemimpin namun juga ada banyak tokoh penting di dekatnya. Bahkan ada pejuang yang ditembak mati dan rela mengorbankan hidupnya. Ada komite 13 ada sosok Kusno Daupoyo orang Jawa dan menjadi Gubernur pertama Lampung, Buluati, A R Ointu, Bajeber.
”Jadi ada orang cina, ada orang Arab ada orang Gorontalo sendiri di Komite 13 itu sendiri. Gorontalo ini didirikan oleh banyak orang,” ulas Hamim.
Ia menargetkan tahun depan akan segera mendapat investor untuk memproduksi film sejarah perjuangan kemerdekaan daerah Gorontalo.
“Karena kami juga sudah setuju. Tiga hari lalu itu diundang mendiskusikan bersama 12 Kepala daerah. Bone Bolango bersyukur karena stock visualnya sebagian sudah dan setengah skenarionya sudah ada termasuk komitmen pemerintah daerah juga siap,” terangnya.
Ia menekankan, ongkos produksi film layar lebar tersebut akan dikeroyok bersama antara Pemda Bone Bolango, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta produser.
Pemda Bone Bolango akan bertanggung jawab pada akomodasi lokal, transport lokal, konsumsi lokasi dan perizinan. Sementara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan bertanggung jawab pada riset, penyusunan seknario, workshop, master class, dan transportasi tim dari jakarta. Sedangkan produser akan bertanggung jawab diproduksi, pasca produksi, pemasaran dan aktor maupun artis nanti.
“Tahapan awal ini sudah sekitar 30 persen berjalan. Mudah-mudahan tahun depan sudah bisa dilakukan pengambilan gambar, sehingga bisa jadi tahun 2021 nanti diuncurkan,” ujarnya.
Karenanya Hamim berjanji produk kisah heroik itu akan terus diperperjuangkan untuk mejadi bukti sejarah. ”Karena sebagaimana kata Bung Karno, Jas Merah, jangan melupakan sejarah,” pungkas Hamim. # [KP/HMS]
Komentar