Laporan : Muh. Yadi (JMSI)
Editor : Mahmud Marhaba
BANDUNG [KP] – Sejarah terburuk dan menjadi persoalan serius bagi bangsa Indonesia, yakni persoalan sampah. Baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, untuk mengatasi sampah yang mengkristal berpuluh-puluh tahun sampai merogoh anggaran APBN/APBD milyaran rupiah.
Keburukan sejarah, sungai dan kali dijadikan tempat pembuangan sampah, hingga dijadikan tong sampah raksasa. Seperti halnya sungai Citarum, dijadikan tong sampah raksasa sejak puluhan tahun. Berbagai jenis sampah menggunung dari softex, plastik, bantal, kasur, kotoran manusia, sampai limbah pabrik dan limbah cair.
Limbah terindikasi mengandung racun sangat berbahaya bagi masyarakat sekitar. Sama seperti limbah cair yang bisa saja limbah domestik dari penduduk dan sejumlah pabrik yang berada di sepanjang DAS, misalkan kali Citarum dan Kali Cbl Bekasi. Kedua sungai tersebut, sepanjang tahun menjadi polemik. Hal itu berdampak pada akses kehidupan masyarakat, petani, nelayan dan rusaknya lingkungan hidup.
Proyek Citarum Harum merupakan proyek masif untuk mengembalikan sungai Citarum kembali menjadi bersih. Alhasil, kondisi Citarum Harum selama 1 tahun belakangan ini sudah tidak lagi nampak kusam dan kotor. Proyek yang ditangani oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kodam III Siliwangi diklaim sangat cepat melakukan proses restorasi, revitalisasi dan rehabilitasi sungai Citarum.
Namun proyek Citarum Harum mendapat sorotan tajam dari anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Dolfie saat melaksanakan Gerakan Nasional Penanaman Pohon di Panyandaan Desa Jambudipa Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat pekan lalu.
Dolfie mengatakan, proyek revitalisasi sungai Citarum Harum merupakan proyek nasional di Jawa Barat. Diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2018 Tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran (DAS) Citarum.
Revitalisasi perlu adanya dukungan dan peran serta masyarakat, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi. Jika masyarakat tidak bergerak memiliki kesadaran untuk menjaganya dari berbagai potensi pencemaran berbagai macam limbah. Hal itu kata Dolfie, jika masyarakat tidak memiliki kesadaran, maka revitalisasi Citarum tidak akan berhasil dengan sempurna.
Dolfie pun mengakui untuk saat ini kondisi Citarum Harum sudah menunjukan hasil signifikan meskipun belum 100 persen.
“Sekarang Citarum Harum sudah tidak keruh dan kotor meskipun kwalitas air masih buruk. Penanganan yang sungguh luar biasa hanya baru berjalan 1 tahun, secara bertahap Citarum Harum bisa dijadikan kebutuhan bagi masyarakat,” ungkapnya.
Sementara itu berbagai pendapat dari elemen masyarakat di wilayah Kabupaten Bandung. Proyek Citarum Harum saat ini masih dalam pengawasan dan pemeliharaan. Adanya proyek Citarum Harum sudah mengurangi dampak banjir di beberapa wilayah. Seperti wilayah Kecamatan Majalaya.
Haerudun (53) menilai proyek Citarum Harum sangat baik untuk keberlangsungan hidup masyarakat luas di Jawa Barat. Saat ini sudah tidak lagi adanya pencemaran lingkungan meskipun belum 100 persen. Akan tetapi proyek Citarum Harum, jangan dibiarkan tanpa pangawasan.
“Coba lihat saja di sektor 3 bulan senderan rusak dan dibiarkan, saya mohon agar dipelihara dengan baik,” ujarnya Senin (17/2/2020) di Soreang Kabupaten Bandung Jawa Barat.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang biasa disapa Kang Emil mengatakan, peran serta masyarakat dalam mewujudkan Citarum Harum sangat diutamakan. Pihaknya selalu melakukan koordinasi dengan masyarakat agar wajah Sabilulungan dengan bergotong royong mampu menyelesaikan hitungan matematis kurang dari tujuh tahun.
“Citarum Harum dari yang paling kotor menjadi yang paling bersih,” ucap Kang Emil.#[KP].
Komentar