Laporan : JMON
Editor : Mahmud Mahmud
JAKARTA [KP] – Simpang siur terkait mengapa Eduart Wolok, Rektor UNG (Universitas Negeri Gorontalo) maju pada pemilihan Ketua PGRI provinsi Gorontalo terungkap sudah. Ternyata dia ikut pemilihan ketua PGRI atas desakan para guru. Ini diungkapkan sendiri Eduart saat menyampaikan sambutan pada apel perdana 2020 di halaman kampus UNG, Kamis (02/01/2020).
“Saya maju sebagai kandidiat Ketua PGRI karena diminta oleh mayoritas guru di provinsi Gorontalo. Saya kaget diminta hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan konferensi, apa nda bisa orang lain, saya ngga enak masalahnya. Alhamdulillah saya terpilih, meskipun masih dipersoalkan”, cerita Eduart.
Sayang Eduart tidak menyebut siapa sosok yang masih mempersoalkan keterpilihan dirinya. Apakah yang dimaksudkan Eduart itu adalah Prof. Ani Hasan, saingannya saat pemilihan.
Ani Hasan yang dihubungi kabarpublik.id membantah jika dirinya mempersoalkan pencalonan Eduart.
“Saya tidak pernah mempersoalkan dia mencalonkan diri. Yang mempersoalkan dia ketika AD/ART yang dilanggar sehingga hasil Konprov dianulir PB PGRI,” jelas Ani seraya menambahkan Ketum PB PGRI bercerita pernah ditelpon Eduart yang memperkenalkan diri sebagai Rektor UNG sekaligus mengutarakan niatnya ikut pemilihan Ketua PGRI.
Seperti diberitakan sebelumnya oleh media ini, PGRI Gorontalo pada 18 Desember 2019 lalu menggelar konferensi provinsi ke IV. Salah satu agenda utama konferensi adalah memilih ketua baru.
Belakangan konferensi itu disebut tidak sah karena tidak dihadiri Pengurus Besar, kendati ketuanya, Unifa Rosyidi ada di Gorontalo. Buntutnya, Eduart yang dicalonkan PGRI Kota Gorontalo dan terpilih sebagai ketua hingga hari ini belum juga dilantik, padahal dia sudah terlanjur mendapat ucapan selamat yang dimuat di berbagai media dari sejumlah kepala daerah dan pejabat penting lainnya.
“Konferensi melanggar pasal 34 AD/ART karena tidak dihadiri PB, jadi ditinjau kembali”, tegas Unifa dihadapan peserta seminar di Tilamuta, Boalemo sehari setelah konferensi.
Menghadapi persoalan itu Pengurus Besar PGRI pun membentuk tim investigasi. Tim yang berasal dari berbagai bidang di PB PGRI itu akan berangkat ke Gorontalo 8 Januari pekan depan. Ketua Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum PGRI, Achmad Wahyudi mengatakan, Tim akan mengumpul data dan mewawancarai panitia daerah dan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Konferensi.
“Ada dua hal yang menjadi fokus tim. Pertama, mengapa konferensi tetap diselenggarkan tanpa kehadiran PB padahal sesuai AD/ART, PB yang harus memimpin jalannya konferensi karena PGRI Daerah sudah demisioner. Kedua, ada laporan ketua terpilih belum pernah menjadi pengurus sementara AD/ART mengharuskannya,” jelas Wahyudi saat dihubungi, Kamis (02/01/2019).#[KP]
Komentar