Konspirasi

BERITA, DAERAH, GORONTALO254 Dilihat

Oleh :
Prof. Dr. Hj. Fory Armin Naway, M.Pd.
Ketua ICMI dan Ketua Puspaga Kabupaten Gorontalo

GORONTALO [kabarpublik.id] – Kata Konspirasi selalu berkenotasi negatif, yaitu suatu persekongkolan atau komplotan oleh dua orang atau lebih yang bersepakat atau bermufakat untuk merencanakan dan melaksanakan sesuatu dengan tujuan tertentu.

Pada umumnya, konspirasi dilakukan untuk menggabungkan kekuatan dalam rangka melaksanakan misi tertentu, terutama dalam beroposisi atau menjatuhkan seseorang.

Dalam dunia nyata, konspirasi lebih cenderung dikenal dalam tataran politik, kendati dalam realitas kehidupan keluarga, tetangga bahkan dalam bermasyarakat, konspirasi bisa saja merebak namun tidak terasa bahkan tidak disadari.

Lawan kata konspirasi adalah, kata kolaborasi yang memiliki makna yang sama, namun berkenotasi positif. Konspirasi menjadi negatif, karena cenderung meraih atau mencapai tujuan dengan “tidak fair”, culas dan menghalalkan berbagai cara. Sementara kolaborasi senantiasa dilakukan atas dasar pikiran-pikiran positif yang tidak hanya menggabungkan kekuatan, tapi di sana juga mengandung ide dan gagasan konstruktif.

Konspirasi lebih mengarah pada “menjatuhkan”, sementara kolaborasi lebih mengarah pada kemajuan bersama. Selain itu, konspirasi akan dicatat dalam sejarah sebagai “catatan hitam” atau “catatan kelam” yang tetap layak untuk dikenang sebagai sumber belajar. Disisi yang lain, kolaborasi dicatat sebagai sumber inspirasi dan referensi sebagai makhluk sosial yang berpikir.

Oleh karena itu dalam kehidupan di dunia ini, siapapun senantiasa dianjurkan oleh agama untuk tetap berhati-hati, mawas diri dan mampu merasakan dengan sukma tentang fenomena yang menggejala, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Hal itu dipandang penting, karena dalam tataran realitas, konspirasi justru biasanya dilakukan atau melibatkan dan  didalangi oleh “orang dekat” yang tidak jauh dari kehidupan kita. Entah karena ambisi, keserakahan, ketamakan, iri hati, dengki, kebencian dan sebagainya.

Selain itu, konspirasi juga dilakukan dengan cara-cara, modus dan gerakan yang sudah pasti “sangat rahasia” sehingga terkadang, banyak peristiwa konspirasi di belahan dunia manapun, selalu menjadi misteri. Akibatnya, banyak para pemerhati sejarah sulit dalam mengambil konklusi, melainkan berdasarkan asumsi-asumsi liar yang sulit untuk dipercaya seratus persen kebenarannya

Peristiwa terbunuhnya Presiden ke-53 Amerika Serikat, Jhon F. Kennedy misalnya, oleh para sejarawan dipandang sebagai bagian dari konspirasi yang hingga kini menjadi misteri. Kematian Lady Diana dari Kerajaan Inggris, juga disebut-sebut sebagai bagian dari konspirasi, peristiwa atau tragedi G30 S/PKI tahun 1965 di Indonesia,  juga dalam pandangan para pengamat dan sejarahwan sebagai bagian dari konspirasi politik paling berdarah dalam sepanjang sejarah Indonesia.

Yang jelas, jika berbicara tentang konspirasi, tidak bisa dilepaskan dari “pemufakatan jahat” yang sudah pasti hanya karena “faktor dunia”, uang,harta dan kekuasaan menjadi “lupa diri” sehingga menghalalkan berbagai macam cara yang bahkan berada di luar nalar kemanusiaan.

Pemufakatan jahat, dalam terminologi apapun selalu dikisahkan berakhir secara tragis. Tidak pernah ada dalam sejarah, sebuah konspirasi berakhir dengan sukses dan membawa kejayaan apalagi kebahagiaan. Melainkan selalu berakhir dengan kisah pilu dan penderitaan. Mengapa?, karena konspirasi sebagai pemufakatan jahat sudah pasti melibatkan orang-orang yang juga jahat sehingga siap “menjahati” teman konspirasinya juga. Bahkan, dalam konspirasi sudah pasti  akan ada yang berkhianat karena faktor ambisi dan juga keserakahan. Itu artinya, konspirasi adalah sebuah “lingkaran setan”, di sana ada yang fasik, licik, picik dan bermental pengkhianat.

Lantas, siapa yang berpotensi melakukan konspirasi?. Dalam teorinya, konspirasi berpotensi dilakukan oleh mereka “yang kalah” atau terancam kalah dalam koridor normatif, sesuai aturan main dan sebagainya. Artinya, konspirasi hanya dilakukan oleh mereka yang tidak berkemampuan dalam berkompetisi secara sehat. Akibatnya ia memilih “jalan lain” untuk menjatuhkan, mensabotase atau menghalangi lawannya dengan cara-cara yang tidak fair.

Tidak perlu jauh-jauh, dalam kehidupan bertetangga atau berteman saja, begitu banyak fenomena seorang teman atau tetangga yang berkonspirasi dengan “dukun” untuk mencelakai tetangganya atau teman dekatnya yang sukses.  Ada tetangga beli televisi, ada-ada saja tetangganya yang sibuk siaran ke tetangga lainnya, ketika tetangganya beli kulkas baru, menikmati minuman dingin, eh…ada-ada saja tetangganya yang justru merasa “kepanasan. Ada tetangganya beli mobil baru, rumah baru, perabot baru dan sebagainya, ada-ada saja tetangga lainnya  yang kerasukan keluar-masuk rumah dukun untuk sebuah konspirasi.

Di sinilah pentingnya pendidikan karakter itu dirasakan menjadi sangat penting. Bagaimanapun juga, kebatilan itu akan selalu dikalahkan oleh kebenaran. Cepat atau lambat, kebatilan itu akan tetap “berpulang” kepada yang si empunya. Sebagaimana ungkapan “yang darimu adalah milikmu” sehingga ia akan tetap kembali menjadi milikmu, bukan milik siapa-siapa.  Sebagaimana juga, siapa yang menanam, sudah pasti dia yang akan memetik buah dan hasilnya, bukan orang lain.

Ketika kejahatan berawal dan tercetus dari darimu, maka suatu ketika akan tetap kembali kepada dirimu yang menjelma dalam bentuk yang lain. Itulah keadilan Tuhan yang paling hakiki. Perbuatan baik sekecil ‘biji zarrah” sekalipun akan dibalas dengan kebaikan dan kejahatan sekecil biji zarrah, juga akan dibalas dengan keburukan.

Oleh karena itu, fakta historis konspirasi dalam skala besar yang diungkap dalam berbagai literatur kehidupan ini, menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran berharga, bahwa dalam hidup ini, berjalan dalam koridor yang normatif, kemudian meningkatkan kompetensi keilmuan, keterampilan (skill) menjadi sangat penting menjadi rujukan agar kelak mampu berkompetisi secara sehat dalam segala aspek kehidupan. Karena kebaikan hanya diraih melalui jalan kebaikan pula. Semoga.

Apa Reaksi Anda?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Komentar