DI PALOLO, WARGA DIHEBOHKAN TURUNNYA HUJAN ES

SIGI, SULTENG628 Dilihat

Laporan : Budi Dako (Jarber SMSI), Editor : Mahmud Marhaba.

SIGI [KP] – Warga di beberapa desa di Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah dihebohkan dengan turunya hujan es berbentuk butiran kristal.

Fenomena langka ini terjadi, lebih kurang 15 menit pada Sabtu (07/09/2019) sore.

Menurut salah seorang warga Desa Ranteleda, Kecamatan Palolo, Oma Nante mengatakan bahwa hujan es batu ini disertai dengan angin kencang.

“Pokoknya, pas atap rumah bunyi seperti dilempar, kita keluar rumah semua, ternyata ada butiran hujan es batu yang jatuh,” tutur Oma Nante kepada awak media.

Lanjut dia mengatakan, sebagian warga pun khawatir rumahnya rusak akibat derasnya hujan es batu itu.

Namun, kata dia, sebahagian warga lainnya berharap hujan es batu itu akan membawa berkah.

“Peristiwa hujan es diwilayah Kecamatan Palolo tidak menimbulkan korban materil maupun korban jiwa,” katanya.

Sementara itu, dari unit analisa dan pengelolaan Data Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis-Aljufri Palu mengatakan, pada citra satelit sejak pukul 13.30 hingga pukul 14.00 Wita, terlihat adanya pembentukkan awan konvektif pada wilayah Desa Berdikari, Kecamatan Palolo, kabupaten Sigi.

“Citra satelit memperlihatkan bahwa suhu atmosfir yang diduga awan konvektif yaitu sebesar -41 derajat celsius hingga 48 derajat celsius,” kata Kepala Unit Analisa dan Pengelolah Data Stasiun Meteorologi Kelas II Sis-Aljufri Palu, Aflan Nugraha Diharsya.

Ia menjelaskan, proses pembentukan awan konvektif ini terjadi mulai pada lapisan permukaan sampai pada ketinggian 10.519 meter yang terbaca pada pengamatan Radiosonde pada Stasiun Mutiara Sis-Aljufri Palu , tanggal 7 September 2019 pukul 08.00 Wita.
Pembentukan awan diwilayah tersebut diduga melewati tahap depusisi yang sangat dingin yaitu, proses perubahan fasa air menjadi fasa es melewati temparatur suhu hingga-40°C, hingga butiran air yang seharusnya turun sebagai hujan berubah menjadi butiran es.

“Proses pembentukan butiran es ini, didukung juga oleh kecepatan angin yang tidak terlalu kencang hingga ketinggian 5.806 meter, berkisar sampai sampai 3-10 knot,” ujarnya.

Diketahui, kecepatan angin yang tidak terlalu kencang tersebut menurutnya semakin mempermudah butiran air berubah menjadi butiran es, dikarenakan waktu tempuh butiran air menuju kepermukaan tanah semakin lama.

“Sehingga butiran air tersebut mengalami proses pembekuan didalam awan, yang menyebabkan turunya butiran es seperti hujan es yang terjadi di Palolo,” jelas Aflan.#[KP]

Apa Reaksi Anda?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Komentar