Laporan : Ifan Saluki
Editor : YR
GORONTALO [kabarpublik.id] – Dalam upaya mengantisipasi bencana, Pemerintah Kota Gorontalo menerapkan Early Warning System (Sistem Peringatan Dini) dan Urban Resilience (Ketahanan Kota).
Hal ini diungkapkan Wali Kota Gorontalo, Marten Taha dalam kegiatan panel ahli dan pelatihan tematik CRIC dengan tema “Building City Resilience through Triangular Cooperation” yang berlangsung, pada Rabu (6/3/2024) di Kota Makassar.

“Kami di Kota Gorontalo sudah menerapkan Early Warning System untuk mengantisipasi bencana,” ungkap Marten Taha.
Marten menyampaikan bahwa Early Warning System telah berhasil terpasang di beberapa titik selama enam tahun terakhir.
Menurutnya, sistem ini menjadi kunci penting dalam menghadapi potensi bencana di kota, terutama mengingat Gorontalo berada di daerah rawan bencana akibat pertemuan dua lempeng besar di kawasan Teluk Tomini, yaitu lempeng Pasifik dan Eurasia.
“Kota Gorontalo selalu siaga untuk menghadapi 10 potensi bencana, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, kekeringan, gelombang ekstrem, abrasi, likuifaksi, dan kebakaran gedung. Early Warning System menjadi langkah konkret dalam upaya pencegahan,” ucap Wali Kota dua periode itu.
Selain pemasangan Early Warning System, Wali Kota Marten juga menjelaskan langkah-langkah lain yang telah dan akan dilaksanakan oleh Kota Gorontalo.
Langkah tersebut, yaitu penyusunan dokumen rencana kontigensi simulasi penanggulangan bencana, rencana penanggulangan tanggap darurat, dokumen pasca bencana, serta sosialisasi dan edukasi masyarakat terhadap bencana.
“Kami juga aktif membentuk relawan bencana dan sekolah pendidikan aman bencana,” ujarnya.
Kegiatan CRIC yang berlangsung selama lima tahun menjadi wadah bagi Kota Gorontalo untuk membangun kerja sama jangka panjang dengan pusat penelitian di Eropa dan Asia Selatan. Melalui kerja sama segitiga ini, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand, diharapkan ketahanan kota dapat ditingkatkan secara signifikan.
Komentar