JAKARTA (kabarpublik) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengingatkan warga Ibu Kota soal suhu udara panas yang melanda wilayah Jakarta dan sebagian besar Indonesia. Berdasarkan informasi BMKG, kondisi ini masih tergolong normal, bukan gelombang panas (heatwave) seperti yang terjadi di negara subtropis.
Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji, menjelaskan bahwa peningkatan suhu disebabkan oleh posisi semu matahari yang saat ini berada di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan, termasuk Jakarta. Akibatnya, intensitas sinar matahari meningkat dan terasa lebih terik dari biasanya.
“Selain itu, kondisi atmosfer yang cenderung cerah berawan membuat radiasi matahari langsung terasa di permukaan,” ujar Isnawa, Jumat (17/10).
Fenomena panas ini diperkirakan bertahan hingga akhir Oktober atau awal November 2025, tergantung waktu masuknya musim hujan di tiap daerah.
BPBD DKI Jakarta mengimbau masyarakat untuk menjaga kondisi tubuh dan membatasi aktivitas luar ruangan, terutama pada pukul 10.00–16.00 WIB, saat sinar matahari paling terik.
“Masyarakat diminta memperhatikan waktu dan intensitas paparan sinar matahari agar tidak mengalami gangguan kesehatan,” kata Isnawa.
Ia juga mengingatkan warga untuk menggunakan pelindung diri seperti topi, payung, atau pakaian tertutup, serta meningkatkan konsumsi air putih agar terhindar dari dehidrasi.
“Jangan membakar sampah sembarangan karena dapat memperburuk kualitas udara,” tegasnya.
BPBD DKI Jakarta mengajak masyarakat untuk selalu memantau informasi resmi BMKG dan instansi terkait guna mengantisipasi potensi dampak dari cuaca panas ekstrem ini.
