Laporan : Jaringan Berita SMSI Gorontalo
Editor : Mahmud Marhaba
GORONTALO (KP) – Sosok Syafrudin Mosii begitu menjadi perhatian publik beberapa pekan kemarin. Media massa memberitakan perjuangnnya untuk bertarung di Pilwako 2018. Padahal, mantan auditor utama ini sudah mengantongi rekomendasi secara lisan dari partai Demokrat. Bahkan saat itu, PDIP masih hangat-hangatnya mendukung Mosii untuk melakukan pendekatan dengan Marten Taha.
Suatu ketika Syafrudin Mosii akhirnya menemui Marten Taha di kantor Walikota. Dengan rekomendasi lisan dari Rusli Habibie, dirinya pun memberanikan diri untuk mengutarakan hasratnya menjadi orang nomoe 2 di Kota Gorontalo. Garansinya adalah partai Demokrat dan PDIP saat itu sangat siap untuk menyerahkan kendaraan politik itu digunakan Mosii.
Dalam perjalanannya, peta politik berubah. Kalkulator politik Syafrudin Mosii menyatakan lain. Dirinya memiliki motto, jika maju bertarung konsekuensinya adalah menang . “Begini lho pak, kita mau maju ini maksudnya mau menang, kalau kita sudah tahu kita tidak akan menang, kenapa harus maju?” ungkap Mosii sambil menyampaikan peta politik dari survey yang dilakukannya secara internal.
Untuk posisi Walikota, tegas Mosii, yang punya suara itu hanya dua orang yaitu pak Marten Taha dan pak Adhan Dambea, sementara PDIP menghendaki calonnya tetap papan satu. Sementara saya sudah umbar ke media saya sudah menyatakan saya hanya mau maju sebagai papan dua. Pak Rum berani maju sebagai papan satu, mungkin itu yang menjadi pertimbangan PDIP karena pak Rum juga sama-sama mendaftar di PDIP.
Terkait komitmen dengan Demokrat, ungkap Mosii, bahwa dirinya pernah menyatakan di media bahwa hanya mau jadi papan duanya pak Marten atau pak Adhan. Persoalannya, pada waktu itu pak AD sudah berpasangan dengan pak CBD, jadi peluangnya tinggal dengan pak MT.
“Partai Demokrat sudah berusaha melobi pak MT dan saya juga sudah menemuinya atas dukungan pak RH. Tapi semua itu kewenangan pak MT untuk menentukan siapa wakilnya,” ungkap Mosii panjang lebar.
Ketika tawaran untuk berpasangan dengan orang lain diluar MT dan AD, Mosii menolak dan mengurung niatnya untuk masuk dalam bursa Pilwako. “Jadi tidak bo sekedar momaju, tapi momaju itu harus menang, kalau kita sudah tahu peluang menang kecil, kenapa harus maju?” ungkap Mosii dengan penuh bijak dan realistis. (KP)
Komentar