[OPINI PUBLIK] : PILKADA KABUPATEN GORONTALO 2020 DIMATA PUBLIK

OPINI369 Dilihat

Oleh : Dr. Sahmin Madina, S.Sos., MSi (Dosen di Prodi Politik Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo)

PERJUANGAN menuju Pilkada serentak khususnya Pilkada kabupaten Gorontalo kali ini terbilang berbeda dengan Pilkada sebelumnya dimana saat ini Pilkada ditengah pandemi Covid 19, kandidatnya terbilang hampir sama dengan Pilkada 5 tahun silam kecuali wakilnya yang berganti, walaupun Pilkada kali ini terbilang seru, namun saat ini santer ramai menjadi perbincangan di berbagai elemen masyarakat.

Menariknya, di mata publik yang paling banyak memperbincangkan hal ini adalah eksistensi kekuasan incumben dan pasangan pendatang baru. Para politisi pun banyak menggulirkan kleaim kemenangan masing-masing pasangan calon, sementara para pemegang kedaulatan partai politik  pendukung dan pengusung mulai melakukan stretegi sesuai momentum politik dan kompromi politik yang tepat.

Lalu apa substansi dari semua seluruh rangkaian Pilkada kabupaten Gorontalo?

Saya memiliki analisa tersendiri terkait Pilkada kabupaten Gorontalo 2020. Dalam kaca mata Perspektif Gorontalo bahwa suksesi Bupati/Wakil Bupati Gorontalo terbagi 4 poros :

Poros pertama adalah poros statusquo atau petahana, yang tentunya akan mempertahankan kekuasaanya dan melanjutkan programnya.

Poros ini sudah memiliki investasi dukungan politik atau investasi politik 30%, namun bukan hal yang mudah untuk mempertahankan aset dukungan politik karena petahana menjadi sasaran empuk lawan politiknya.

Poros ini sudah dikenal publik, tapi tidak menjadi zaminan. Agak kerepotan ketika aset dan dukungan politiknya, tidak bisa dipertahankan dan pindah pada calon yang lain. Serta mempuni dan mampu meraih suara signifikan.

Poros Kedua, poros Calon Bupati yang tentunya konsisten dengan perubahan, dimana poros ini adalah poros yang santun dan sangat disegani. Bahkan tidak risistensi terterima disemua unsur, dan memiliki kekuatan yang sangat besar.

Program kerjanya terukur dan realistis serta komitmen yang tinggi. Poros tersebut, merupakan poros yang di khawatirkan serta paling diperhitungkan dalam Pilkada kabupaten Gorontalo tahun 2020.

Poros Ketiga adalah poros yang sedikit unik, karena poros ini agak sedikit mengganggu konstalasi politik calon Bupati/Wakil Bupati yang lain.

Terkadang poros ini dikenal hanya sebagai poros uji coba calon atau ikut- ikutan pemeunuhan atau limpahan dukungan suara.

Terakhir Poros Keempat, biasa poros calon Bupati/Wakil Bupati yang kurang diperhitungkan tapi begitu tenar dikalangan millennial.

Poros ini juga sangat menganggu konstalasi dan poros ini sangat menguntungkan incumbent. Biasa disebut dengan poros perjuangan atau poros uji coba untuk mengukur kekuatan kadernya dalam pasangan calon.

Poros yang satu ini, paling aman dan tidak mempunyai beban harapan kekuasaan dan kemenanagan.

Dari semua poros yang sudah dijelaskan yang  menarik dan unik  tersebut maka apakah para calon Bupati/Wakil Bupati sudah siap melakukan perubahan dengan program- program kerja 5 tahun akan datang untuk rakyatnya? Terutama menurunkan tingkat kemiskinan di daerah secara komprenship.

Apakah para calon Bupati/Wakil Bupati hanya ikut, semata-mata sebagai estapet politik untuk mempertahankan kekuasaan menuju Pilgub 2024.

Atau akankah calon Bupati /Wakil Bupati hanya sebagai simbol, yang biasa disebut calon boneka, dan hanya pemenuhan untuk memecahkan konsentrasi dukungan atau ada konstalasi jangka panjang dimana ada dugaan konstalasi politik bahwa kandidat lain yang kompromi dan berkoalisi dengan incumben bahwa Pilkada ini sebagai transit politik untuk merawat dan mempertahankan kekuasaan menuju Pilgub 2024.

Dengan begitu, saya memaknai ada kegilisahan politik lokal yang tidak teredukasi dengan baik. Sehingga pembelajaran politik pada masyarakat tidak jalan dengan baik pula.

Kehawatiran itu terlihat dalam ungkapan bahasa daerah “debo doi paralu, (politik uang) atau begitu juga dengan ungkapan baku siram dan lain sebagainya. Sungguh disayangkan kalau uang transaksiobal dalam politik 5 tahun kedepan.

Cukup miris juga, jika ungkapan-ungkapan yang amat tidak bermoral maka yang terbentuk adalah kejahatan demokrasi politik local.

Kemudian dari beberpa point penting yang dibahas ini, tentunya semua orang akan menganalisa dengan berbagai kemungkinan, apalagi hal ini adalah wilayah politik. Tentunya muara ada pada pemilik kedaulatan rakyat dan pada masyarakat wajib pilih.

Dalam politik tidak ada kawan yang abadi, yang abadi adalah kepentingan.  Ungkapan ini fatal bila dipahami secara parsial. Maka seharusnya memaknai ungkapan tersebut dengan menggunakan nalar, sehinga politik yang santun dan beretika, menjadi makna dan nilai yang besar untuk rakyat, khususnya rakyat kabupaten Gorontalo dan umumnya untuk seluruh rakyat Provinsi Gorontalo.##

Apa Reaksi Anda?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Komentar