Oleh : Nurhadi Taha (Pegiat Literasi)
PAGI itu telepon Celullerku berdering. Tak biasanya aku dibangunkan istir dengan paksa. Tak disadari, ternyata sudah berulang-ulang handphoneku berbunyi dari seorang Adc Bupati Goronatalo. Ia meminta unuk bicara denganku, padahal isitriku tahu jika aku sangat lelah. Pagi itu, ternyata Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo melalui telepon selulernya ingin bicara. Tak panjang dirinya menjelaskan keinginannya ingin berkunjung ke Langula yang kebetulan desa ini akan membuat agenda silaturahim bersama Bupati atas aspirasi masyarakat se Kecamatan Batudaa Pantai, mulai dari Bongo, Lopo, Kayubulan, Biluhu dan Langula berkumpul menunggu kedatangan Bupati Gorontalo.
Hari itu ternyata Nelson punya sembilan agenda kerja. Ia pun membatalkan beberapa agendanya dan memprioritaskan untuk mendatangi masyarakat Langula. Tibalah malam hari, tepat pukul 20.00 Wita saya pun bergegas menuju rumah dinas Bupati. Saya sampaikan bahwa apa yang saya tulis melalui SMS, dimana masyarakat ingin menemuinya. Setumpuk keluhan warga di desa itu sebagai kebutuhan prioritas yakni jalan Batudaa Pantai dari Barakati menuju Langula.
Betapa kagetnya saya ketika Nelson ingin ikut jalan yang rusak itu dengan tujuan ingin melihat langsung kondisi jalan yang dilaporkan tadi. Bupati yang bergelar profesor itu ingin merasakan bagaimana kondisi jalannya. Dirinya pun mengabaikan protap yang sudah disusun oleh protokoler yang menghendaki Nelson ikut jalan Kota Gorontalo melalui Tanjung Keramat menuju Desa Langula.
Diperjalanan yang terseok-seok itu membuat bupati tak gentar niatnya untuk menuai masyarakatnya mengebu-gebu diperjalan. Itupun dia terus membangun diskusi bersama saya soal potensi yang ada di kecamatan Batudaa Pantai. Baginya Batudaa Pantai adalah sebuah wilayah masa depan bagi Gorontalo dan Indonesia, karena dengan beberapa alasan bahwa potensi lautnya yang indah bisa menjadi modal untuk destinasi wisata sehingga menurutnya akses jalan yang berada di Barakati harus dan wajib diperbaiki dengan cara telah menganggarkan di tahun 2020 untuk perbaikan jalannya, sehingga aksesnya baik.
Pada sisi kultur masyarakatnya yang tetap mempertahankan gotong royong ini, hal yang perlu dipelihara dengan baik. Terciptlah kolaborasi antara pemerintah dan rakyat dalam membangun. Selain itu menurut Nelson, Langula tidak sekedar menjadi desa wisata, tetapi desa masa depan dengan berjumlah penduduknya 600 lebih kepala keluarga di tahun ini. Bahkan tercatat, tinggal 81 KK yang masuk kategori miskin. Maka tentu harapannya pada tahun 2020 sudah tak ada lagi masyarakat berkategori miskin.
Desa, sejatinya menjadi tolak ukur pembangunan, jika desanya baik, maka masyarakatnya sejahtera dan daerah itu dengan sendirinya akan maj, sehingga menurut Nelson, Ia akan memacu dan memberi target dan raport bagi semua kepala desa dengan mempublikasikan hasil kerja kepala desa yang akan diumumkan pada publik. Tentu ini juga akan memacu kinerja semua kepala desa untuk berbuat terbaik bagi rakyatnya.
Banyak hal gagasan Nelson dan mimpinya terhadap kabupaten Gorontalo. Ibarat orang berlari, Nelson ingin kecepatannya marthon. Ibarat seorang guru ia ingin profesional dalam mendidik, juga dalam memimpin, Ia ingin Pemerintahannya melakukan lompatan yang besar.
Ia tidak ingin bekerja dengan kebiasaan, tetapi membiasakan kerja cerdas dan tuntas.
Nelson Pomalingo boleh saja difitnah, diserang bertubi-tubi, tetapi itu tak akan membuat dia kendor untuk menyapa rakyatnya, karena baginya rakyat telah menjadi jantung nadinya. Berkarya telah menjadi visi dalam hidupnya. Sabar dan terus bekerja untuk masa depan rakyat dan Indonesia.
Kemudi boleh saja patah, kapal boleh saja bocor, layar boleh roboh, tetapi semangat untuk melaut tak pernah kendor. Itulah secercah perjuangan para pelaut yang handal, mereka tak pernah takut dengan besarnya ombak sekuat badai, bagi mereka laut telah menjadi sahabat dalam berjuang untuk hidup. Begitulah Nelson, dia tidak berhenti untuk bekerja walau banyak fitnah, dan bahkan kata sinisme padanya, ia tetap berjalan dengan kata hati visi dan cita-cita luhurnya untuk Gorontalo masa depan.##
Catatan diatas langit Langula.
Batudaa Pantai, Selasa, 17 Desember 2019.
Komentar