Oleh : Nurhadi Taha (Direktur Eksekutif Nation Teacher Institute)
“Terkadang kita Harus meninggalkan kebahagiaan, untuk sedikit menoleh jejak-jejak perjuangan. ” NT.
Saya melakukan traveling Gorontalo-Batam, pada Rabu, 11 Maret 2020, dirasakan sebuah perjalanan yang cukup menguras waktu, tenaga dan pikiran. Saya harus melakukan 3 kali transit, Gorontalo, Makasar, Jakarta hingga Batam.
Bagi saya, ini adalah traveling yang menarik. Selain medannya yang menantang, juga kita mendapatkan teman yang baru. Di Kota Batam, tepatnya di Kecamatan Bekong laut , tepatnya suatu agenda asistensi dan aplikasi Sistem Informasi Keormasan dilaksanakan. Agenda ini digagas oleh Direktorat Politik dan Pemerintah, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Memang tak banyak yang di undang dari setiap wilayah Kabupaten dan Kota. Mereka dipilih melalui sample untuk dijadikan pilot project oleh Ditjen untuk mengaplikasikan sistem Informasi Keormasan dengan sistem digitilasasi.
Melawan Pandemi dari Negara Sebarang
Kisah perjalanan Saya pada agenda Diklat ini banyak memberi pelajaran khususnya pada diri saya. Tak dapat disangka, di Kepulauan Riau yang masyarakatnya dekat dengan Negara yang tertular Corona, mereka mampu dengan tenang dengan mengahdapi wabah ini dengan baik. Semua warga dan Pemerintahnya sadar bahkan virus ini harus di lawan secara bersama – sama dengan gerak langkah dan peran yang bersamaan, antara satu dengan lainnya saling mengisi. Jantung saya saat itu berdebar bahkan nyaris copot di tambah dengan perjalanan saya pertama kali datang di Kepulauan Riau tersebut. Tetapi karena masyarakatnya yang bersahabat, ketakutan saya soal wabah ini justru perlahan hilang, ditambah dengan kepedulian warganya terhadap pendatang sangat baik. Mereka melawan Pandemi dengan cara kemanusian dan kepedulian semua Parpol ,LSM , Ormas, dan Pemuka Agama, satuan Kepolisian dan TNI turun bersama warga bahu membahu melawan Corona di semua titik dimana disediakan Handsantizer. Demikian juga di hotel dan beberapa tempat warkop dan sebagainya. Pemerintahnya sukses mendorong warganya sadar untuk melawan Corona, padahal dari sisi geografis mereka berdekatan dengan Singapore negara yang sudah ribuan orang postitf Corona.
Gorontalo Dan Presfektif Lawan Corona
Kita di Gorontalo dalam Presfektif Pandemi Covid 19, seolah merasa kaget. Kamis, 9 April 2020 ketika disampaikan oleh Pemerintah Propinsi Gorontalo dimana satu orang dinyatakan Positif Corona. Pada starting awalnya kita percaya diri bahwa Gorontalo tak akan dimasuki oleh Covid-19 selain upaya yang luar biasa yang telah dilakukan oleh pemeritah Propinsi, Kabupaten dan Kota Gorontalo, tetapi jebol juga. Ini sesuatu hal yang tidak diharapkan dan tak sesuai dengan keinginan semua pihak.
Pada presfektif Gorontalo saat ini, banyak warga yang menginsiatif melakukan gerakan melawan Corona, misalnya ada Pak Rachmat Gobel sudah sejauh hari beliau memerintahkan kepada Timnya di Daerah melalui Rumah Aspirasi Rachmat Gobel untuk membantu para tenaga medis baik dokter dan perawat dengan perlengkapan APD. Bahkan, anggota Deprov seperti Fikram A,Z Salilama dan Meyke Kamaru, menjadi relawan membagi-bagikan hand sanitaizer dan masker untuk masyarakat. Ormas Lapeksdam NU Kota Gorontalo pun sudah jauh hari bicara soal Corona. Posko Relawan Covid-19 pun terbentuk dengan inisiatif sediri.
Gubernur, Bupati dan Walikota se Gorontalo berupaya maksimal melawan Corona, namun peta sebaran Covid-19 di hampir penjuru negeri membuat kita kebobolan dan ini wajar. Bagi saya ini adalah suatu hal yang perlu kita lawan secara berjamaah tidak boleh sendiri – sendiri, juga tidak bisa dengan cara pemcitraan mengambil peran secara manajemen “One Man Show”. Kuncinya, harus di rangkul semua komponen dengan mengajak berbagai elemen untuk bahu membahu melawan Corona Virus (Covid -19) .
Kita tak boleh Biarkan “Gubernur” Walikota dan Bupati berjuang sendiri. Mereka semuanya pemimpin kita dan tak biarkan mereka mengatasi ini sendiri. Buatlah gerakan sosial, kemanusiaan dan juga moral untuk mensuport mereka. Jangan kita membuat mereka jadi orang yang tak berdaya.
Ini bukan perang politik, tapi ini adalah misi kemanusian. Salah kita melangkah, Salah kita mengurus, salah Kita bergerak, akan membuat siatuasi ini semakin rumit dan akan menjadi hura Hara.##
Komentar