Laporan : Yadi
Editor : YR
MALUKU UTARA [kabarpublik.id] – Gubernur Maluku Utara yang diwakili Asisten II Bidang Perekonomian dan Administrasi Pembangunan, Sri Hariyanti Hatari menghadiri sekaligus dengan resmi membuka kegiatan Worshop Media Komunikasi Tradisional dan Revitalisasi Media Komunikasi Tradisional (Ternate, Tidore, dan Halmahera Tengah) di Kota Ternate.
Kegiatan yang dilaksanakan Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian atau Diskominfo Provinsi Maluku Utara ini, dihadiri Kepala Dinas Kominfo Provinsi Maluku Utara, Iksan R.A Arsad, serta menjadi pemateri Dr. Andi Sumar Karman, Dr. Abdul Halil, Hi. Ibrahim, Dr. Abdurrahman Kader, Drs. Darsis Humah, dan Drs. Zainuddin Ari.
Sri saat membacakan sambutan Gubernur menyampaikan bahwa ditengah gencarnya arus keterbukaan informasi, penyebarluasan informasi, serta pengembangan komunikasi melalui media massa elektronik yang semakin canggih, dan sulit dibendung, terlebih lagi di era digital saat ini,maka kehadiran media alternatif lainnya sangat dibutuhkan.
“Mengingat media komunikasi lokal tersebut keberadaannya saat ini telah terpinggirkan, peran dan fungsinya semakin terdegradasi kan maka perlu ada upaya-upaya dari kita untuk mengembangkan dan merevitalisasi kan,” ucapnya di Star Resto Ternate, Sabtu (24/12/2022)
Lebih lanjut Gubernur, agar eksistensinya kembali seperti sedia kala, dengan atmosfir pertunjukan lebih memikat dan aktraktif, serta tetap terjaga kearifan lokalnya, sebagai salah satu identitas bangsa kita. Maka melalui forum ini, para pemateri dihadirkan untuk kembali menghidupkan, mengali, dan membangkitkan keberadaan media komunikasi tradisional ini.
Dirinya mengatakan, karena eksistensi media tradisional ini tergantung pada bagaimana alih generasi bisa berjalan dengan cepat dan konsisten. Jika generasi terhambat maka masa depan media ini akan cepat terancam.
“Dengan dikembalikannya fungsi dan peran Kelompok Informasi Masyarakat atau KIM, termasuk media komunikasi tradisional ini, tentunya sangat efektif menumbuh kembangkn semangat penyebarluasan informasi sebagai kepanjangan informasi, dari hulu sampai hilir guna mengurangi kesenjangan informasi,” ujarnya.
Selain itu, Gubernur juga menyatakan, media komunikasi ini memiliki unsur verbal dengan karakteristik, dan keunikan tersendiri sesuai dengan budaya setempat. Seperti pembacaan pantun, gurindam, puisi rakyat, pagelaran wayang kulit, pertunjukan teater (Ketoprak, Ludruk, dan lain sebagainya).
“Keistimewaan lain dari media komunikasi tradisional adalah model penyajian, subtansi pesan, bahasa, gaya bahasa, dan olah seninya. Hal ini yang membuat terciptanya kedekatan emosional antara publik lokal dan pekerja seni, sehingga memudahkan informasi yang disampaikan cepat dan mudah dipahami,” jelasnya.
Diungkapkan, di Provinsi Maluku Utara sendiri, sebenarnya memiliki banyak media komunikasi tradisional, salah satunya yang sudah dikenal luas yakni, Fu atau Fuu. Fuu merupakan alat terbuat dari kerang berukuran besar, dimainkan dengan cara di tiup pada bagian lubangnya, suara yang dihasilkan keras dan berdengung.
“Di masa lampau, nenek moyang kita mengunakannya sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan khusus, ritual, atau hiburan pada upacara adat,” pungkasnya. #[KP]
Komentar